Rabu, 10 November 2010

Permata terindah....curahan hatiku pada miladmu, My Lovely Adizz


Di kesunyian ini, kupandangi lagi dirimu...

Masih sama seperti saat pertama aku memandangimu

Penuh kekaguman, takjub dan rasa tak percaya

Perasaan itu terus menerus muncul, jika kupandangi dirimu, di setiap tahapmu...

Bagiku, kau tetap seperti saat pertama hadirmu...

Selalu indah, selalu menakjubkan, menyejukan, dan menjadikanku merasa begitu sempurna....

Selalu ada terimakasih teramat sangat untukmu

Setelah berjuta terimakasih untukNya...

Kau selalu menyejukan hatiku...

Kau selalu memberikan ketenangan saat aku begitu gundah

Tatapan matamu, senyuman indahmu, mampu meredakan amarah, menenangkan hati, dan berbuah senyuman ketulusan...

Bersamamu dalam tawa, aku merasa begitu berarti

Bersamamu dalam tangis, aku merasa begitu bermakna....

Panjangnya perjalanan kebersamaan kita

Sepanjang itu pula telah kau taburkan kebahagiaan untukku

Sepanjang itu juga kasih sayang telah tercurah

Akan abadi sampai tiba saatku nanti....

Kau yang terindah....bagaimanapun dirimu

Kau kebanggaanku, apapun pilihan hidupmu...

Kau adalah doaku sepanjang perjalanan hidupmu

Apapun yang kau pilih, semoga itu yang terbaik yang engkau putuskan

Kau bertanggungjawab atas hidupmu

Kau merdeka atas pilihan-pilihanmu

Jangan kau lakukan apapun

Demi terimakasihmu padaku

Karena sesungguhnya, sepanjang usiamu, aku yang berterimakasih padamu...

Pada kehadiranmu....

Pada kebahagiaan yang menyertainya....

Pada keindahan yang selalu kau berikan

Dari tatap matamu

Dari tangisanmu

Dari tawa riangmu

Dari setiap kemanjaanmu

Di hatiku....kau permata terindahku, sebagaimana namamu kuukirkan dalam doaku pada Tuhan

Agar kau selalu dipeluk dalam rahman rahimnya...

Fairuz Ghina Mardhiyah Sugito....

Permata yang merupakan kekayaan yang diridhoi Allah...

Selalu......

Semoga......

Happy Sweet Seventeen My Lovely Adizz....

Luv U always....

Banjarmasin, 10 Nov 2010

Sebelum kembali memelukmu dlm tidur dan mimpi indahmu...

Fairuz Ghina Mardhiyah Sugito.....my lovely adizzz

Selasa, 02 November 2010

Memeluk kebahagiaan.....

Sinar mentari fajar masih jauh di bawah ufuk sana, dan langit pun masih dipeluk oleh kegelapan, saat aku memulai obrolan dengan sahabat lama. Sebuah ucapan doa tulus untuknya di hari spesial yang mengingatkannya akan indahnya karunia usia yang telah dilimpahkan.

Doa tulus itu diluncurkan hanya dalam kalimat-kalimat elektronik, tetapi aku berharap ketulusan dan rasa yang kusertakan semoga mengikutinya. Obrolan dengan sahabat selalu terasa hangat, setidaknya itu yang kurasakan, meski singkat, tapi tetap terasa kedekatanannya seperti saat kami masih bersama. Meski jarak dan waktu memisahkan, amanah masing-masing juga telah memberi jarak yang begitu jauh, tetapi bagiku, sahabat selalu menempati tempat-tempat istimewa yang akan selalu abadi.

Bersama mereka, aku merasa dimengerti, bersama mereka sejarah itu ada, dan perjalanan hidup ini nyata. Kami berada dalam hitungan putaran bumi yang sama. Telah 41 kali bumi mengitari matahari, sejak pertama kali Allah mengijinkan kami mereguk indahnya dunia.

41?? sebuah angka yang bahkan pada perbincangan masa lalu, menjadi angka yang sangat banyak, menjadi pengingat bahwa perjalanannya tinggal sedikit lagi, menjadi pagar bahwa semua akan mendekati titik akhirnya. Tetapi entah mengapa, jauh di lubuk hatiku, mengatakan ini semua baru dimulai...

Aku tak pernah menyembunyikan bahkan tidak ada sedikit pun keinginan untuk mengurangi angka-angka tersebut. Begitu indahnya perjalananku, dalam suka dan duka. Berharap saat ini telah memasuki masa kedewasaan yang akan memandang hidup dengan lebih bijak dan lebih indah.

Tidak ada keluhan dalam perjalanan usia ini, semua begitu berarti dalam suka dan duka. Berharap bahwa apa yang telah dijalani memberikan arti setidaknya bagi diriku, dan orang-orang di sekitarku. Telah begitu banyak limpahan karunia, kebaikan dan keindahan yang diberikan Tuhan untukku, sehingga tidak ada celah sedikitpun untukku menyesali apapun yang telah kujalani.

Satu yang mungkin aku ingin selesaikan, seandainya dalam perjalananku, telah membuat sakit hati dan berdampak buruk pada orang lain, maka hanya kata maaf yang kuinginkan, dan aku berharap telah mendapatkannya di putaran usia ini.

Dalam perjalanan hidup, siapa pernah mengetahui, kemana putaran ini akan berlabuh, dan siapa-siapa yang teriring bersama dalam buih yang menemani.
Bertahun aku mencoba menyusun batu-bata kebaikan agar terbangun rumah masa depan untukku yang di ridhoi Tuhan, siapa nyana mungkin dalam ke-papa-an dan kekhilafanku, satu per satu tembok itu ku hancurkan, sehingga hanya kelengangan yang mungkin aku dapatkan.

Tapi aku tindak ingin menjadi hakim untuk hidupku sendiri, sama seperti aku tak mengharapkan orang lain menghakimi semuanya. Karena hanya Sang Maha Adil lah hakim sesungguhnya. Aku hanya ingin menjalani apa yang ada dalam syukur, dan berupaya melakukan yang terbaik, apa yang telah ada dihadapanku. Segala getar kebaikan yang harus kulakukan, dan aku yakini, maka aku akan lakukan.
Mungkin saja keyakinanku akan kebenaran salah. Mungkin saja kebaikan yang kujalani adalah sebuah ke-khilafan. Tapi aku tidak punya banyak waktu untuk terlalu menimbang lagi, biarlah apa yang bergetar di nadiku dan menggetarkan jiwaku, menjadi tolok ukur atas bisikan kebaikan dari Tuhan...

Dan pada akhirnya, biarlah Sang Penimbang yang akan mengumpulkannya untukku. Untuk masa depanku.

Memberikan penghakiman pada diri sendiri, hanya akan menimbulkan kedukaan yang amat sangat dan menjadikan diriku sumber kesumpekan bagi orang-orang di sekelilingku.
Maka bergembira dan keceriaan menjadi syarat penting jika aku ingin mereka yang berada bersamaku pun bahagia. Karena hanya dengan kebahagiaan dan kegembiraan tulus dalam hati lah suasana indah akan terbangun...untuk semua yang menjadi amanahku.

Dan angka penanda itu memang sudah sedemikian banyak. Berbagai alarm tubuh pun sudah mulai satu per satu memberikan sinyal. Bahkan mungkin sebagai perempuan ada hal-hal yang harus selesai.
Tapi itu tak membuat kita semua harus menjadi temaram, kita tetap akan bersinar, ketika kita melihat segala sesuatu dengan positif dan menikmati hidup.

Karena selalu ada bagian kebaikan dalam setiap perjalanan usia kita, selalu ada peran yang tidak akan bisa terulang dan tergantikan oleh siapapun untuk kita.

Dan percayalah, kita sangat berarti untuk orang-orang yang tulus mencintai kita, telah merasakan indahnya 'cinta' kita ...
Sepanjang apa yang telah kita limpahkan..
Itu artinya panjangnya perjalanan waktu...
Itu artinya keindahan dalam hati...
Itulah kebahagiaan sejati..

Ketulusan cinta yang tak lekang oleh berubahnya fisik, berlalunya waktu dalam hitungan usia....karena semua ada di hati, yang tak akan tergantikan.
Semoga....
.

Banjarmasin, 2 Nov 2010
"Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia..." (Rumi)