Pada awal munculnya, dia tak ada bedanya dengan permainan anak lainnya yang ada di tempat-tempat permainan anak umumnya. Miniatur berbagai jenis binatang atau boneka yang akan bergerak jika si penjaja odongi -odong mengayuh sepedanya. Diiringi dengan irama lagu remix kanak-kanak, bahkan kadang dangdutan, anak-anak pun terayun-ayun senang. Akibatnya jarang sekali yang mau naik odong-odong satu periode, selalu minta tambah, setidaknya dua kali, bahkan tak jarang berakhir dengan kegaduhan tangisan paksa. Keriuhan dan suasana suka cita naik odong-odong, menjadi rutinitas yang ditunggu oleh anak-anak, bahkan juga kegembiraan ayah ibunya, meskipun tidak sedikit yang menggerutu karena virusnya melekat erat pada anak-anaknya. Tapi diakui atau tidak, penjaja odong-odong ini, sudah memberikan alternatif hiburan rakyat, yang fasilitasnya belum bisa dipenuhi oleh pemerintah kita.
Berawal dari pasar malam, pasar "tumpah" atau dikenl juga "pasar kaget", kreatifitas pendirinya, yang entah awalnya dari daerah mana, menjadi peluang ekonomi tersendiri bagi yang menggelutinya. Dalam waktu sangat singkat, sudah meng-indonesia. Siapapun penggagasnya, "follower"nya layak mengucapkan terimakasih, karena ini menjadi lahan usaha sektor informal yang cukup prospektif. Sama seperti sektor usaha informal lainnya, penemu itu akhirnya menjadi tidak penting, tapi yang jelas, dia menempati posisi terhormt dalam kreatifitas dan meng-inspirasi serta mengg-influence yang lainnya. Tidak hanya itu, pada perkembangannya munculah peningkatan kreatifitasnya, yang bersumber dari odong-odong klasik ini.
Setelah odong-odong versi statis, yang hanya bergerak jika sepedanya dikayuh, maka muncullah dalam bentuk kereta, yang lebih besar,muat lebih banyak dan berkeliling lebih jauh. Anak-anak pun semakin suka cita, dan ibunya semkin mengerutkan kening untuk mengatur kas bulanan dengan mengalokasikan untuk hiburan naik odong-odong. Ke depannya, tidak tertutup kemungkinan, akan muncul lagi kreatifitas yang lain.
Kondisi ini menjawab fakta bahwa sektor informal tidak akan pernah sepi dari inovasi. Pada saat kepepet, selalu ada jalan keluar yang muncul dari kreatifitas. Maka jangan pernah remehkan mereka yang berkobtribusi positif pada geliat ekonomi bangsa ini, sekecil apapun kontrobusinya. Mereka mandiri,tangguh dan liat ditempa oleh keadaan.
24 Desember 2011
Pada perjalanan kereta ini, mengingatkanku akan kegembiraan kanak-kanak terayun-ayun di odong-odongnya,
Antara Jakarta-Cirebon, pada Cirex penuh kenangan
Sabtu, 24 Desember 2011
Sabtu, 26 November 2011
Catatan di penghujung tahun,
Matahari hampir tergelincir, seaat lagi lembaran tahun akan berganti bersama tenggelamnya mentari di peraduan bumi. Pada detik-detik akhir hanya bisa mensyukuri semua kelimpahan barokah, nikmat rejeki, nikmat sehat, dan semua kebaikan yang telah Allah berikan untukku. Pada ujung bergantinya lembaran tahun, harapan ditebarkan seluasnya, akan kebaikan di tahun mendatang.
Semoga Allah mengabulkan setiap hembusan doa kita semua. Aamiin ya rabbalalamin.
Pada kebaikan dan perubahan menjadi lebih baik, doa menjadi penyempurna atas ikhtiar. Pada setiap lembaran baru di pergantian tahun, kesempatan selalu diberikan seluasnya. Allah anugerahi dalam bentuk panjangnya usia dan berbagai jalan menuju kebaikan itu. Tetapi ibarat itu sebuah "map" yang diberikan kepada kita dalam mengarungi luasnya kehidupan, kita tidak akan beranjak kemana-mana jika hanya memandanginya, tanpa menentukan tujuannya.
Jika tujuan sudah kita tetapkan, di setiap pergantian tahun, refleksikan sejenak, memandang pada titik awal, melihat hari ini, dimanakah kita?! Sudahkah bergerak ? Seberapa jauh bergerak? Menuju titik yang kita tuju, ataukah bergerak menuju arah yang berbeda?
Ternyata bergerak saja tidak cukup. Ikhtiar saja tidak cukup, saat semuanya tercerai dari arah yang dituju, titik yang ditentukan sebagai tujuan akhir.
Jalan yang tidak terarah, membuat keringat yang bercucuran, keletihan yang mendalam, bisa tak berujung. Semua berputar pada pusaran ketidakjelasan, tanpa arah, dan hasil akhir tak pasti.
Tetapi tidak pernah ada yang sia-sia, karena bahkan kekhilafan adalah sebuah bekal pengalaman baru. Kesalaham adalah guru terbaik yang akan mengajari kehidupan dengan pendewasaan yang tak ternilai. Pada titik kesadaran, dimana refleksi menjadi medianya, langkah menuju tujuan dijalani dengan lebih hati-hati, lebih bermakna. Dan perjalanan menuju masa depan lebih baik pun menjadi lebih bermakna. Tapi tidak harus kebermaknaan hidup itu selalu dilengkapi dengan kesalahan dan kekhilafan. Tetapi hidup yang harus terantuk dengan kekhilafan pun masih berarti, jika dilengkapi dengan sebuah kesadaran.
Dan hari ini, disini, saat matahari begitu royalnya memberikan sinarnya, seakan ingin sampaikan kata berpisah pada hari akhir di lembaran tahun ini. Matahari yang pada senjanya, ditemani sepoi angin yang sejuk membawa keindahan, menuju tahun baru yang menjanjikan kebaikan yang berlimpah. Seperti indahnya sinar yang diisyaratkannya.
Semoga Allah meridhoi atas perjalanan sampai hari ini, dan langkah panjang yang telah dilalui, menjadi bekal untuk menjalani sisa lembaran kesempatan yang Engkau berikan di depannya.
Arahku pada tujuanku, dan atas ijinMu semua terjadi. Semua mrnjadi sempurna jika ijinMu juga berbalut ridhoMu, menuju terminal akhirku, yang kupancangkan mendekatimu. SEMOGA,
SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH 1433
Barakallahu.,
Banjarmasin, penghujung hari di tahun 1432H
Semoga Allah mengabulkan setiap hembusan doa kita semua. Aamiin ya rabbalalamin.
Pada kebaikan dan perubahan menjadi lebih baik, doa menjadi penyempurna atas ikhtiar. Pada setiap lembaran baru di pergantian tahun, kesempatan selalu diberikan seluasnya. Allah anugerahi dalam bentuk panjangnya usia dan berbagai jalan menuju kebaikan itu. Tetapi ibarat itu sebuah "map" yang diberikan kepada kita dalam mengarungi luasnya kehidupan, kita tidak akan beranjak kemana-mana jika hanya memandanginya, tanpa menentukan tujuannya.
Jika tujuan sudah kita tetapkan, di setiap pergantian tahun, refleksikan sejenak, memandang pada titik awal, melihat hari ini, dimanakah kita?! Sudahkah bergerak ? Seberapa jauh bergerak? Menuju titik yang kita tuju, ataukah bergerak menuju arah yang berbeda?
Ternyata bergerak saja tidak cukup. Ikhtiar saja tidak cukup, saat semuanya tercerai dari arah yang dituju, titik yang ditentukan sebagai tujuan akhir.
Jalan yang tidak terarah, membuat keringat yang bercucuran, keletihan yang mendalam, bisa tak berujung. Semua berputar pada pusaran ketidakjelasan, tanpa arah, dan hasil akhir tak pasti.
Tetapi tidak pernah ada yang sia-sia, karena bahkan kekhilafan adalah sebuah bekal pengalaman baru. Kesalaham adalah guru terbaik yang akan mengajari kehidupan dengan pendewasaan yang tak ternilai. Pada titik kesadaran, dimana refleksi menjadi medianya, langkah menuju tujuan dijalani dengan lebih hati-hati, lebih bermakna. Dan perjalanan menuju masa depan lebih baik pun menjadi lebih bermakna. Tapi tidak harus kebermaknaan hidup itu selalu dilengkapi dengan kesalahan dan kekhilafan. Tetapi hidup yang harus terantuk dengan kekhilafan pun masih berarti, jika dilengkapi dengan sebuah kesadaran.
Dan hari ini, disini, saat matahari begitu royalnya memberikan sinarnya, seakan ingin sampaikan kata berpisah pada hari akhir di lembaran tahun ini. Matahari yang pada senjanya, ditemani sepoi angin yang sejuk membawa keindahan, menuju tahun baru yang menjanjikan kebaikan yang berlimpah. Seperti indahnya sinar yang diisyaratkannya.
Semoga Allah meridhoi atas perjalanan sampai hari ini, dan langkah panjang yang telah dilalui, menjadi bekal untuk menjalani sisa lembaran kesempatan yang Engkau berikan di depannya.
Arahku pada tujuanku, dan atas ijinMu semua terjadi. Semua mrnjadi sempurna jika ijinMu juga berbalut ridhoMu, menuju terminal akhirku, yang kupancangkan mendekatimu. SEMOGA,
SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH 1433
Barakallahu.,
Banjarmasin, penghujung hari di tahun 1432H
Jumat, 25 November 2011
Jendela itu.....
Rumah tanpa jendela.... ????
Apa yang langsung ada dalam benak kita ??
Kumuh.....
Suram....
Menyedihkan.....
Rumah tak sehat......
Dan semua predikat negatif akan menempel pada rumah tak berjendela....
Rumah adalah ranah pribadi, istana dan surga dunia kita. Di dalam rumah, kita berhak menyimpan hal yang tidak ingin orang lain ketahui. Di dalam rumah semua rahasia hidup yang sangat pribadi tersimpan.
Rumah adalah tempat kembali, tempat beristirahat, dan tempat menjemput kedamaian dari berbagai kepenatan hidup.
Lalu bagaimana jika rumah itu terasa suram....rumah tanpa jendela ?? Bukan kedamaian yang akan kita temui, bahkan mungkin kejenuhan lain yang akan menyandera kita, yang akan mementalkan kita, bagai pegas yang melambungkan kita mencari kedamaian di luar rumah.
Jendela mengatur sirkulasi udara, jendela juga sebagai jalan cahaya yang akan menerobos memberikan nuansa keindahan pada rumah. Semakin banyak jendela, rumah terasa semakin indah, semakin asri....semakin sehat.
Maka, jendala menjadi hal penting yang harus ada pada sebuah rumah.
Jendela yang akan menjadi jalan untuk hembusan udara dan cahaya yang akan memperindah rumah.
Jika direfleksikan dalam kehidupan kita, hati adalah rumah, ranah pribadi. Hanya kita dan Tuhan yang tahu apa yang ada didalamnya. Karena itu hati harus indah. Kita harus bisa membangun jendela-jendela hati....jendela kehidupan kita.
Jendela yang akan jadi ventilasi dari semua persoalan hidup. Persoalan yang kita endapkan dalam hati, disimpan dalam "rumah", saat kita tak ingin orang lain mengetahui apa yang menjadi hal pribadi kita.
Jika kita hanya berkutat pada segala yang menjadi rutinitas, pekerjaan, tugas-tugas, dan berbagai persolan hidup yang menghampiri. Jika kita tidak bisa melepaskan sejenak semuanya, dengan membuka jendela-jendela hati kita, niscaya kita akan terjebak dalam kejenuhan yang perlahan akan membuat kita mati.
Kematian yang akan menghampiri kita adalah kematian yang belum sampai pada waktunya. Kematian secara fisik dan psikis.
Jendela hati perlu kita buka, untuk sejenak mengambil nuansa lain agar oksigen kehidupan kita menjadi kaya.
Kita hirup sebanyak-banyak yang kita mampu, dan menjadi bekal untuk melanjutkan rutinitas hidup yang harus dihadapi.
Dengan membuka jendela-jendela hati kita, hidup menjadi semakin berwarna. Kita akan memandang segala sesuatu dari perspektif yang lebih indah. Kita menjadi semakin yakin dan tahu, tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Semua pasti ada jalannya. Semua ada waktunya.
Saat kita kembali pada rutinitas, setelah kita menghirup oksigen kehidupan yang lain, kita tahu bahwa hidup tidak melulu bergantung pada satu soal. Bahwa kita harus tetap menghadapi apapun yang menjadi tantangannya, tidak perlu membuat kita terpuruk tanpa ujung.
Selalu ada jalan keluar, bahkan dari hal yang tidak kita duga. Atau setidaknya kita bisa menjadi lebih ringan menghadapi hal-hal dalam kehidupan rutin kita. Melihat berbagai persoalan dari perspektif yang lebih sempurna, lebih lengkap. Tabah dalam menghadapi konsekuensi dan tanggungjawab kehidupan.
Pada sentuhan kekayaan oksigen kehidupan, maka segala persoalan akan dipandang sebagai sisi warna lain dari sebuah garis takdir, dan pasti selalu ada jawaban dari setiap pertanyaannya.
Bagaimana jendela itu kita bangun dan kita buka, sangat bergantung bagaimana kita menginginkan warna hidup kita berjalan. Setiap manusia dikarunia talenta, apapun bentuknya, itu bisa menjadi jalan untuk jendela hidup kita.
Kadang kita membukanya, dengan melepaskan sedikit apa yang menggayuti hidup kita. Dengan memandang lewat jendela hati, pada orang-orang di sekitar, kita tahu, kita tidak pernah sendirian. Pada pandangan hati, bisa dirasakan setiap manusia mempunyai wilayah masalahnya sendiri. Ukuran berat dan tidaknya, tidak bisa kita ukur dan bandingkan, semua mempunyai jalannya sendiri-sendiri. Tidak mungkin kita membanding bagai timbangan, dan hidup bukanlah masalah eksak, yang terukur dalam hitungannya.
Kita juga bisa membuka jendela hati kita, dengan memandang sesuatu yang jauh, yang menggembirakan kita, pada cinta yang begitu berlimpah atas hidup kita, pada rasa syukur atas apa yang telah menghampiri kita, pada talenta yang kita punya, dan pada apa saja yang membuat kita bisa tersenyum.
Senyum adalah hal teringan, termudah yang bisa kita lakukan. Dengan memandang keindahan yang bisa kita bayangkan atas apapun, senyum membuat segala sesutau menjadi ringan, dan oksigen kehidupan pun begitu berlimpah bisa kita hirup.
Menyadari bahwa kita sangat berharga, membuat jendela besar pada hati kita.
Karena kita berharga, maka kita tidak mungkin berputus asa, dan kita akan menggali banyak talenta kehidupan yang diberikan Tuhan pada kita. Bahkan sebuah kegagalan saat kita mencobanya, tidak akan membuat kita patah semangat, karena kita tahu kita sangat berharga.
Berharga karena tidak mungkin Tuhan menciptakan kita tanpa maksud baik.
Berharga karena kita mempunyai orang-orang yang dengan tulus mencintai kita.
Berharga karena Tuhan masih memberi amanah hidup, memberikan panjangnya usia, dan kesempatan untuk menuntaskan apapun yang menjadi suratan takdir kita dengan penuh tanggung jawab....
Maka jika kita ingin menjadi pemenang dalam hidup kita, bukalah sebanyak mungkin jendela hati kita, dan tersenyumlah bersama kelimpahan oksigen kehidupan yang bisa kita hirup karenanya.
Dan kita pun akan selalu tersenyum, melanjutkan hidup, sampai titik akhir Tuhan menghentikannya....
Banjarmasin, 25 November 2011
Ditulis dengan penuh cinta
Apa yang langsung ada dalam benak kita ??
Kumuh.....
Suram....
Menyedihkan.....
Rumah tak sehat......
Dan semua predikat negatif akan menempel pada rumah tak berjendela....
Rumah adalah ranah pribadi, istana dan surga dunia kita. Di dalam rumah, kita berhak menyimpan hal yang tidak ingin orang lain ketahui. Di dalam rumah semua rahasia hidup yang sangat pribadi tersimpan.
Rumah adalah tempat kembali, tempat beristirahat, dan tempat menjemput kedamaian dari berbagai kepenatan hidup.
Lalu bagaimana jika rumah itu terasa suram....rumah tanpa jendela ?? Bukan kedamaian yang akan kita temui, bahkan mungkin kejenuhan lain yang akan menyandera kita, yang akan mementalkan kita, bagai pegas yang melambungkan kita mencari kedamaian di luar rumah.
Jendela mengatur sirkulasi udara, jendela juga sebagai jalan cahaya yang akan menerobos memberikan nuansa keindahan pada rumah. Semakin banyak jendela, rumah terasa semakin indah, semakin asri....semakin sehat.
Maka, jendala menjadi hal penting yang harus ada pada sebuah rumah.
Jendela yang akan menjadi jalan untuk hembusan udara dan cahaya yang akan memperindah rumah.
Jika direfleksikan dalam kehidupan kita, hati adalah rumah, ranah pribadi. Hanya kita dan Tuhan yang tahu apa yang ada didalamnya. Karena itu hati harus indah. Kita harus bisa membangun jendela-jendela hati....jendela kehidupan kita.
Jendela yang akan jadi ventilasi dari semua persoalan hidup. Persoalan yang kita endapkan dalam hati, disimpan dalam "rumah", saat kita tak ingin orang lain mengetahui apa yang menjadi hal pribadi kita.
Jika kita hanya berkutat pada segala yang menjadi rutinitas, pekerjaan, tugas-tugas, dan berbagai persolan hidup yang menghampiri. Jika kita tidak bisa melepaskan sejenak semuanya, dengan membuka jendela-jendela hati kita, niscaya kita akan terjebak dalam kejenuhan yang perlahan akan membuat kita mati.
Kematian yang akan menghampiri kita adalah kematian yang belum sampai pada waktunya. Kematian secara fisik dan psikis.
Jendela hati perlu kita buka, untuk sejenak mengambil nuansa lain agar oksigen kehidupan kita menjadi kaya.
Kita hirup sebanyak-banyak yang kita mampu, dan menjadi bekal untuk melanjutkan rutinitas hidup yang harus dihadapi.
Dengan membuka jendela-jendela hati kita, hidup menjadi semakin berwarna. Kita akan memandang segala sesuatu dari perspektif yang lebih indah. Kita menjadi semakin yakin dan tahu, tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Semua pasti ada jalannya. Semua ada waktunya.
Saat kita kembali pada rutinitas, setelah kita menghirup oksigen kehidupan yang lain, kita tahu bahwa hidup tidak melulu bergantung pada satu soal. Bahwa kita harus tetap menghadapi apapun yang menjadi tantangannya, tidak perlu membuat kita terpuruk tanpa ujung.
Selalu ada jalan keluar, bahkan dari hal yang tidak kita duga. Atau setidaknya kita bisa menjadi lebih ringan menghadapi hal-hal dalam kehidupan rutin kita. Melihat berbagai persoalan dari perspektif yang lebih sempurna, lebih lengkap. Tabah dalam menghadapi konsekuensi dan tanggungjawab kehidupan.
Pada sentuhan kekayaan oksigen kehidupan, maka segala persoalan akan dipandang sebagai sisi warna lain dari sebuah garis takdir, dan pasti selalu ada jawaban dari setiap pertanyaannya.
Bagaimana jendela itu kita bangun dan kita buka, sangat bergantung bagaimana kita menginginkan warna hidup kita berjalan. Setiap manusia dikarunia talenta, apapun bentuknya, itu bisa menjadi jalan untuk jendela hidup kita.
Kadang kita membukanya, dengan melepaskan sedikit apa yang menggayuti hidup kita. Dengan memandang lewat jendela hati, pada orang-orang di sekitar, kita tahu, kita tidak pernah sendirian. Pada pandangan hati, bisa dirasakan setiap manusia mempunyai wilayah masalahnya sendiri. Ukuran berat dan tidaknya, tidak bisa kita ukur dan bandingkan, semua mempunyai jalannya sendiri-sendiri. Tidak mungkin kita membanding bagai timbangan, dan hidup bukanlah masalah eksak, yang terukur dalam hitungannya.
Kita juga bisa membuka jendela hati kita, dengan memandang sesuatu yang jauh, yang menggembirakan kita, pada cinta yang begitu berlimpah atas hidup kita, pada rasa syukur atas apa yang telah menghampiri kita, pada talenta yang kita punya, dan pada apa saja yang membuat kita bisa tersenyum.
Senyum adalah hal teringan, termudah yang bisa kita lakukan. Dengan memandang keindahan yang bisa kita bayangkan atas apapun, senyum membuat segala sesutau menjadi ringan, dan oksigen kehidupan pun begitu berlimpah bisa kita hirup.
Menyadari bahwa kita sangat berharga, membuat jendela besar pada hati kita.
Karena kita berharga, maka kita tidak mungkin berputus asa, dan kita akan menggali banyak talenta kehidupan yang diberikan Tuhan pada kita. Bahkan sebuah kegagalan saat kita mencobanya, tidak akan membuat kita patah semangat, karena kita tahu kita sangat berharga.
Berharga karena tidak mungkin Tuhan menciptakan kita tanpa maksud baik.
Berharga karena kita mempunyai orang-orang yang dengan tulus mencintai kita.
Berharga karena Tuhan masih memberi amanah hidup, memberikan panjangnya usia, dan kesempatan untuk menuntaskan apapun yang menjadi suratan takdir kita dengan penuh tanggung jawab....
Maka jika kita ingin menjadi pemenang dalam hidup kita, bukalah sebanyak mungkin jendela hati kita, dan tersenyumlah bersama kelimpahan oksigen kehidupan yang bisa kita hirup karenanya.
Dan kita pun akan selalu tersenyum, melanjutkan hidup, sampai titik akhir Tuhan menghentikannya....
Banjarmasin, 25 November 2011
Ditulis dengan penuh cinta
Selasa, 22 November 2011
Kesempatan Kedua....
Kesempatan kedua adalah sebuah ungkapan masa depan.
Sebuah jalan keluar dari keadaan yang sulit dimasa kini.
Itu berarti adalah harapan......
Seorang sahabat menyampaikan sebuah kabar, bahwa dia akan kembali membuka gerbang rumah tangga bersama pria yang membuatnya tergugah untuk meraih kesempatan kedua dalam kehidupan perkawinannya. Sebelumnya dia bersimpuh dan berjanji untuk menutup hatinya, atas nama cinta pada almarhum suaminya. Tetapi ketika waktu berjalan, dan Tuhan mentakdirkan lain, maka jalan menuju masa depan yang lebih berwarna menjadi pilihannya.
Kebahagiaannya menjadi lebih sempurna, tanpa harus mengabaikan cinta kasih dan perhatiannya pada anak-anaknya dari almarhum suaminya. Dengan lirih dia katakan, masa depan pada keabadiaan nanti, biarlah hanya menjadi rahasia Allah, bersama siapa dia di surgaNya kelak. Yang dia tahu saat ini, hidupnya menjadi kembali indah, dan tidak terkurung pada kesedihan yang terus menerus membelenggunya. Kesedihan yang memang dia kehendaki sendiri untuk tidak pergi dari hidupnya.
Dalam pembicaraan dari hati ke hati, proses untuk meraih kesempatan kedua, pada akhirnya adalah proses alamiah. Perjuangan terbesar untuk membukanya adalah memerangi perasaan bersalah dalam hatinya.
Bukan ...bukan pada anak-anaknya, tapi pada hati, pada janji yang telah dia tasbihkan.
Karena ternyata anak-anak menjadi lebih bahagia, ceria, didampingi oleh ibu yang juga bahagia. Ketika kesedihan dibiarkan terkurung dalam hatinya, maka kesenduan dan sensitifitas dari dirinya membawa pengaruh buruk. Benar kata orang bijak, hanya orang yang bahagia yang berhak membahagiaakan orang lain.
Akhirnya dia berani untuk mengambil kesempatan itu, menjadi bahagia bersama kehidupan yang baru, tanpa harus melupakan masa lalu.
Masa lalu tak akan pernah hilang, karena itu adalah bagian dari simpul hidupnya yang akan selalu ada. Masa depan biarlah Tuhan yang tentukan......
Seorang sahabat lain, mengambil kesempatan kedua dengan berhijrah dalam arti yang harfiah. Dia pergi meninggalkan masa lalu, meninggalkan kampung halaman dan orang-orang yang membuatnya terkurung pada ketidakberdayaan.
Pada kesalahan yang dilakukan di masa lalunya, Tuhan masih memberi umur panjang, dan dia akhirnya menyadari bahwa Tuhan memberi waktu untuk melakukan hal terbaik dan belajar dari kesalahan di masa lalu. Tuhan membuka gerbang kesempatan kedua.
Dia meraihnya dengan berhijrah meninggalkan segalanya. Jika dia masih berada di tempat, maka dia tidak bisa memaafkan dirinya. Semua bagian hidup,lingkungannya, hanya menggambarkan semua kesalahan yang telah dilakukannya. Seakan tak pernah ada celah sedikit pun baginya untuk menghirup udara baru.
Di masa lalu, di tempat yang lama, dia adalah sampah tanpa harga lagi. Untuk orang-orang terdekat pun dia bagai tak ada artinya lagi. Maka dia harus pergi, berhijrah, memberi kesempatan pada dirinya untuk bisa meraih kehidupan baru. Jika memungkinkan, pada masa depan, dia bisa menebus semua kesalahannya....pada orang-orang, pada dunia dan pada waktu, teruatam pada Tuhan.
Biarlah masa lalu menghukumnya pada cacian akan kekhilafannya, tetapi selagi hayat masih dikandung badan, maka dia harus berupaya untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya.
Mungkin kebaikannya hari ini tidak akan menghapus kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Tetapi pada masa depan, sejarah hidup akan menuliskan, bahwa dia terus berupaya untuk memperbaikinya. Pada gerbang akhirnya, dia berharap Tuhan membukakan pintu khusnul khatimah untuknya.
Untuk bangkit dari keadaan terpuruk, memerangi diri sendiri selalu menjadi tantangan terbesarnya. Tetapi pada akhirnya, hidup kita adalah milik kita. Orang lain hanyalah bagian dari interaksi sosial kita.
Orang lain, juga rasa bersalah kita, jangan terlalu lama diberi kesempatan untuk terus menerus mengurung kita pada sebuah stigma. Kemerdekaan untuk memilih membutuhkan kekuatan luar biasa dari diri kita. Berubah atau terus tenggelam dalam kesedihan, kesalahan dan keadaan yang sulit.
Untuk bangkit pada keadaan apapun, kita membutuhkan hal kecil yang bisa membuat kita percaya bahwa kita mampu untuk bangkit dan meraih harapan baru. Faktor orang lain hanyalah stimulus, yang terbesar untuk menentukannya ada dalam diri kita, dan Tuhan selalu memberi kesempatan kedua.....jika kita mau.
Maka pada akhirnya tidak ada sesuatu yang serba terlalu dalam hidup ini.
Tidak ada kesedihan dan duka yang terlalu, yang bisa mengubur kita dalam kematian yang belum sampai waktunya.
Tidak ada kesalahan dan kekhilafan yang terlalu, yang membenamkan kita pada lumpur hitam tidak berkesudahan
Tidak ada kebahagiaan yang terlalu, yang membuat hati kita melupakan berlalunya waktu.
Semua akan berlalu, jika kita menginginkan dan memilihnya untuk berlalu. Selalu ada kesempatan kedua untuk bisa menyambut masa depan lebih baik.
Mau atau tidak kita meraihnya, hanya kita yang bisa menentukan, dengan kekuatan kita, karena Tuhan selalu memberi kesempatan, selebihnya itu adalah pilihan....
Dan pada sebuah quote yang dikirim pagi ini, memberi energi yang luar biasa, untuk menentukan pilihan hidup.....
"....Life is a matter of CHOICE...you may choose to be HAPPY or NOT, it is definitly your CHOICE !!" (BS)
Maka.....pilihan sudah ditentukan......I WANNA BE HAPPY....ALWAYS....!!!!
Banjarmasin, 22 November 2012
Sebuah jalan keluar dari keadaan yang sulit dimasa kini.
Itu berarti adalah harapan......
Seorang sahabat menyampaikan sebuah kabar, bahwa dia akan kembali membuka gerbang rumah tangga bersama pria yang membuatnya tergugah untuk meraih kesempatan kedua dalam kehidupan perkawinannya. Sebelumnya dia bersimpuh dan berjanji untuk menutup hatinya, atas nama cinta pada almarhum suaminya. Tetapi ketika waktu berjalan, dan Tuhan mentakdirkan lain, maka jalan menuju masa depan yang lebih berwarna menjadi pilihannya.
Kebahagiaannya menjadi lebih sempurna, tanpa harus mengabaikan cinta kasih dan perhatiannya pada anak-anaknya dari almarhum suaminya. Dengan lirih dia katakan, masa depan pada keabadiaan nanti, biarlah hanya menjadi rahasia Allah, bersama siapa dia di surgaNya kelak. Yang dia tahu saat ini, hidupnya menjadi kembali indah, dan tidak terkurung pada kesedihan yang terus menerus membelenggunya. Kesedihan yang memang dia kehendaki sendiri untuk tidak pergi dari hidupnya.
Dalam pembicaraan dari hati ke hati, proses untuk meraih kesempatan kedua, pada akhirnya adalah proses alamiah. Perjuangan terbesar untuk membukanya adalah memerangi perasaan bersalah dalam hatinya.
Bukan ...bukan pada anak-anaknya, tapi pada hati, pada janji yang telah dia tasbihkan.
Karena ternyata anak-anak menjadi lebih bahagia, ceria, didampingi oleh ibu yang juga bahagia. Ketika kesedihan dibiarkan terkurung dalam hatinya, maka kesenduan dan sensitifitas dari dirinya membawa pengaruh buruk. Benar kata orang bijak, hanya orang yang bahagia yang berhak membahagiaakan orang lain.
Akhirnya dia berani untuk mengambil kesempatan itu, menjadi bahagia bersama kehidupan yang baru, tanpa harus melupakan masa lalu.
Masa lalu tak akan pernah hilang, karena itu adalah bagian dari simpul hidupnya yang akan selalu ada. Masa depan biarlah Tuhan yang tentukan......
Seorang sahabat lain, mengambil kesempatan kedua dengan berhijrah dalam arti yang harfiah. Dia pergi meninggalkan masa lalu, meninggalkan kampung halaman dan orang-orang yang membuatnya terkurung pada ketidakberdayaan.
Pada kesalahan yang dilakukan di masa lalunya, Tuhan masih memberi umur panjang, dan dia akhirnya menyadari bahwa Tuhan memberi waktu untuk melakukan hal terbaik dan belajar dari kesalahan di masa lalu. Tuhan membuka gerbang kesempatan kedua.
Dia meraihnya dengan berhijrah meninggalkan segalanya. Jika dia masih berada di tempat, maka dia tidak bisa memaafkan dirinya. Semua bagian hidup,lingkungannya, hanya menggambarkan semua kesalahan yang telah dilakukannya. Seakan tak pernah ada celah sedikit pun baginya untuk menghirup udara baru.
Di masa lalu, di tempat yang lama, dia adalah sampah tanpa harga lagi. Untuk orang-orang terdekat pun dia bagai tak ada artinya lagi. Maka dia harus pergi, berhijrah, memberi kesempatan pada dirinya untuk bisa meraih kehidupan baru. Jika memungkinkan, pada masa depan, dia bisa menebus semua kesalahannya....pada orang-orang, pada dunia dan pada waktu, teruatam pada Tuhan.
Biarlah masa lalu menghukumnya pada cacian akan kekhilafannya, tetapi selagi hayat masih dikandung badan, maka dia harus berupaya untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya.
Mungkin kebaikannya hari ini tidak akan menghapus kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Tetapi pada masa depan, sejarah hidup akan menuliskan, bahwa dia terus berupaya untuk memperbaikinya. Pada gerbang akhirnya, dia berharap Tuhan membukakan pintu khusnul khatimah untuknya.
Untuk bangkit dari keadaan terpuruk, memerangi diri sendiri selalu menjadi tantangan terbesarnya. Tetapi pada akhirnya, hidup kita adalah milik kita. Orang lain hanyalah bagian dari interaksi sosial kita.
Orang lain, juga rasa bersalah kita, jangan terlalu lama diberi kesempatan untuk terus menerus mengurung kita pada sebuah stigma. Kemerdekaan untuk memilih membutuhkan kekuatan luar biasa dari diri kita. Berubah atau terus tenggelam dalam kesedihan, kesalahan dan keadaan yang sulit.
Untuk bangkit pada keadaan apapun, kita membutuhkan hal kecil yang bisa membuat kita percaya bahwa kita mampu untuk bangkit dan meraih harapan baru. Faktor orang lain hanyalah stimulus, yang terbesar untuk menentukannya ada dalam diri kita, dan Tuhan selalu memberi kesempatan kedua.....jika kita mau.
Maka pada akhirnya tidak ada sesuatu yang serba terlalu dalam hidup ini.
Tidak ada kesedihan dan duka yang terlalu, yang bisa mengubur kita dalam kematian yang belum sampai waktunya.
Tidak ada kesalahan dan kekhilafan yang terlalu, yang membenamkan kita pada lumpur hitam tidak berkesudahan
Tidak ada kebahagiaan yang terlalu, yang membuat hati kita melupakan berlalunya waktu.
Semua akan berlalu, jika kita menginginkan dan memilihnya untuk berlalu. Selalu ada kesempatan kedua untuk bisa menyambut masa depan lebih baik.
Mau atau tidak kita meraihnya, hanya kita yang bisa menentukan, dengan kekuatan kita, karena Tuhan selalu memberi kesempatan, selebihnya itu adalah pilihan....
Dan pada sebuah quote yang dikirim pagi ini, memberi energi yang luar biasa, untuk menentukan pilihan hidup.....
"....Life is a matter of CHOICE...you may choose to be HAPPY or NOT, it is definitly your CHOICE !!" (BS)
Maka.....pilihan sudah ditentukan......I WANNA BE HAPPY....ALWAYS....!!!!
Banjarmasin, 22 November 2012
Minggu, 20 November 2011
Bahagia itu disini..di dalam diri..
Menjadi diri sendiri adalah kalimat yg terus menerus terngiang selama 2 minggu perjalanan panjangku. Satu kalimat yg bisa berarti banyak, variatif atau bahkan mungkin sederhana saja tergantung bagaimana kita menginginkan itu terjadi.Menjadi sulit dan variatif jika "bahkan untuk" jadi diri sendiri pun kita berpikir terlalu keras. Padahal menjadi diri sendiri hanya sebuah hal sederhan,melakukan apa yang kita mau dengan cara paling pas dengan kemampuan kita, apapun hasil dari yang kita lakukan tidak menjadi beban. Saat kita menjadi diri sendiri, kita tidak menggadaikan kehendak yang kita lakukan, pada nilai-nilai dan ukuran orang lain.
Apapun pada akhirnya, selalu akan dinikmati dan disyukuri sebagai kebahagiaan-kebahagiaan dengan ukuran kita. Menjalani hidup menjadi ringan dan indah, seberat apapun orang menilai perjalanan hidup kita. Hidup pada intinya adalah saat ini, kemarin sudah menjadi masa lalu, masa depan adalah mimpi yang belum terjadi. Bagaimana mewujudkannya sangat bergantung bagaimana kita ber"ikhtiar" hari ini. Hasil yang membahagiakan itu, ketika ikhtiar kita lakukan dengan hati ringan dan bahagia karena kita mengetahui "itu yang kita mau", itu yang kita inginkan. Pada hasil akhirnya, kita akan legowo karena pada setiap tahapnya kita sudah melakukannya dengan bahagia.
Kita bisa menyaksikan dengan jelas, orang-orang yang hidup bahagia tidak selalu ukurannya adalah keberpungaan akan harta benda. Bahkan sering sekali kita saksikan, keberlimpahan rasa syukur dari seseorang, memperlihatkan kedamaian yang tidak dimiliki oleh mereka yang terkungkung oleh harta bendanya, status sosialnya. Mereka yang setiap langkahnya tergadai oleh nilai dan ukuran lingkungan, golongan, dan orang lain pada umumnya. Terlihat mereka terpenjara, walaupun mungkin juga tetap menikmatinya sebagai bagian dari konsekuensi pilihan hidupnya.
Jangan salah, menjadi diri sendiri pun bukan berarti kita keluar dari apa yang menjadi ukuran "kebaikan" yang bersifat universal. Ada hal-hal yang menjadi norma yang tetap akan jadi alarm saat kita keluar dari nilai tersebut. Alarm itu bahkan muncul dari diri kita sendiri, pada bentuk "kebimbangan " alami yang akan menuntun kita untuk selalu bergerak di jalur yang benar.
Bisikan nurani tidak akan menjadi belenggu yang akan mengekang kita, shingga kita harus menjadi sosok lain. Bisikan nurani hanya akan memperindah kita saat menentukan menjadi diri sendiri. Kemurnian bisikan nurani yang tulus, akan membebaskan kita dari keegoisan pada pilihan hidup kita.
Jadi saat kita tahu, tidak ada yang sulit pada pilihan untuk menjadi bahagia, masihkah kita merelakan "pilihan" hidup kita tergadai pada hal-hal yang akan memasung kita dalam kebahagiaan semu.
Be yourself, Be happy...
Banjarmasin, 20 11 2011
Apapun pada akhirnya, selalu akan dinikmati dan disyukuri sebagai kebahagiaan-kebahagiaan dengan ukuran kita. Menjalani hidup menjadi ringan dan indah, seberat apapun orang menilai perjalanan hidup kita. Hidup pada intinya adalah saat ini, kemarin sudah menjadi masa lalu, masa depan adalah mimpi yang belum terjadi. Bagaimana mewujudkannya sangat bergantung bagaimana kita ber"ikhtiar" hari ini. Hasil yang membahagiakan itu, ketika ikhtiar kita lakukan dengan hati ringan dan bahagia karena kita mengetahui "itu yang kita mau", itu yang kita inginkan. Pada hasil akhirnya, kita akan legowo karena pada setiap tahapnya kita sudah melakukannya dengan bahagia.
Kita bisa menyaksikan dengan jelas, orang-orang yang hidup bahagia tidak selalu ukurannya adalah keberpungaan akan harta benda. Bahkan sering sekali kita saksikan, keberlimpahan rasa syukur dari seseorang, memperlihatkan kedamaian yang tidak dimiliki oleh mereka yang terkungkung oleh harta bendanya, status sosialnya. Mereka yang setiap langkahnya tergadai oleh nilai dan ukuran lingkungan, golongan, dan orang lain pada umumnya. Terlihat mereka terpenjara, walaupun mungkin juga tetap menikmatinya sebagai bagian dari konsekuensi pilihan hidupnya.
Jangan salah, menjadi diri sendiri pun bukan berarti kita keluar dari apa yang menjadi ukuran "kebaikan" yang bersifat universal. Ada hal-hal yang menjadi norma yang tetap akan jadi alarm saat kita keluar dari nilai tersebut. Alarm itu bahkan muncul dari diri kita sendiri, pada bentuk "kebimbangan " alami yang akan menuntun kita untuk selalu bergerak di jalur yang benar.
Bisikan nurani tidak akan menjadi belenggu yang akan mengekang kita, shingga kita harus menjadi sosok lain. Bisikan nurani hanya akan memperindah kita saat menentukan menjadi diri sendiri. Kemurnian bisikan nurani yang tulus, akan membebaskan kita dari keegoisan pada pilihan hidup kita.
Jadi saat kita tahu, tidak ada yang sulit pada pilihan untuk menjadi bahagia, masihkah kita merelakan "pilihan" hidup kita tergadai pada hal-hal yang akan memasung kita dalam kebahagiaan semu.
Be yourself, Be happy...
Banjarmasin, 20 11 2011
Selasa, 01 November 2011
Menjemput masa depan....
Hidup ini penuh warna, dan keindahan merenungi warna-warni itu seperti keindahan memandang sang pelangi. Setiap guratan warna, menggambarkan suatu ruang dan waktu yang telah terjalani, yang kesemuanya hanya akan menjadi kenangan ketika waktu terus berputar.
Tidak ada yang serba terlalu, dari semua guratan warnanya.
Ketika warna duka dan kesedihan yang tergambar, atau mungkin kegembiraan dan kebahagiaan, semua sama, hanya akan menjadi masa lalu, yang telah kita lalui dan kita tinggalkan.
Ketika kita memandangnya, mungkin dada ini bergetar hebat karena kebahagiaan dan kegembiraan yang telah ditorehkan di hati ini.
Atau mungkin air mata mengalir perlahan, mengenang kepedihan pada warna duka yang telah ditinggalkan.
Tapi semua sama......saat kita berjalan di masa kini, kemarin adalah masa lalu...
Bahkan jika pun kita tidak mengharapkan kehilangan warna-warna itu, kita tidak akan pernah bisa memutar kembali pada tempatnya.
Bahkan jika kita menghiba, mengharapkan waktu berhenti berputar, saat kita mengalami kebahagiaan...maka kekuatan sang waktu tak akan mampu kita cegah, untuk memaksa kita meninggalkan semuanya.
Ibarat pelangi, warna kehidupan kita akan terasa indah jika kita memandangnya menjadi satu, ada suka dan duka, ada tawa dan tangis, sedih dan gembira, berselang-seling dalam setiap undakan waktunya. Jika kita hanya memandang satu warna saja, maka kita hanya akan tenggelam pada kerapuhan sebuah asa...akan kesedihan dan kegembiraan itu sendiri.
Memandang kehidupan dengan warna yang utuh, memunculkan rasa syukur atas semuanya, dan menghilangkan penghakiman pada setiap langkah yang telah kita ambil.
Setiap insan, ketika akan diturunkan di muka bumi, sudah lengkap dengan catatan perjalanan hidupnya, lengkap dengan rejeki dan jodohnya, lengkap dengan takdir waktu akhirnya.
Dan semua tertulis dalam buku rahasia Sang Maha. Kita hanya diminta untuk "menjemput" masa depan itu sampai batas akhir waktu kita, dengan kegigihan ikhtiar dan membuka tabir rahasia "takdir" kita masing-masing.
Maka, tentunya kita tidak berhak menjadi hakim atas pilihan jalan hidup orang lain. Setiap orang mempunyai legenda hidupnya masing-masing, dengan segala konsekuensi dari pilihan-pilihan atas hidupnya.
Tempat kita bagi orang lain hanyalah, menyebarkan kebaikan dan saling mengingatkan dengan bil hikmah.
Dan di titik ini, di kesempatan kehidupan yang telah diberikan padaku, kupandangi keindahan pelangi hidupku.
Ada kecemasan...keindahan pelangi yang aku pandang dan telah kujalani ini, apakah kujalani sesuai dengan kehendak dan takdir-Nya, atau hanya karena semata keinginan dan nafsu kehidupanku saja ????
Tuhan....jika apa yang telah kujalani tidak sesuai dengan apa yang telah engkau suratkan, maka kembalikanlah aku dalam pelukanMu, ke jalan yang Engkau kehendaki....
Hanya Engkaulah yang mempunyai kekuatan untuk membolak-balikan hati, karena betapa tidak berdayanya hamba atas keinginan-keinginan dan harapan-harapan...
Tuhan....terkadang pilihan-pilihan akan mimpi-mimpi dan keinginan selalu ditautkan sebagai takdir yang telah Engkau gariskan, maka jika itu adalah kesalahan, ampunilah hamba...
Bantulah hamba menjemput masa depan, seperti yang telah Engkau takdirkan....
Jika pun hamba adalah bagian terbaik dari orang lain dalam kehidupan ini, maka berilah ruang dan jalan sesuai RidhoMu....
Jika pun kehidupan hamba menjadi lengkap atas manfaat bagi orang lain, maka mudahkanlah......
Jika pun Engkau menghendaki hamba ber-hijrah maka ringankanlah segalanya...
Tuhan...sesungguhnya masa depan bersamaMu adalah yang terbaik...
Maka peluklah hamba untuk bisa menggapaiNya....tanpa harus ada air mata dan kesedihan atas rasa kehilangan pada sesuatu yang menjadi mimpi dan harapan.....
Tuhan...betapa banyak keingingan dan harapan, karena sesungguhnya Engkau lah yang Maha kuasa untuk menentukan yang terbaik bagi hamba...
Banjarmasin, 1 11 11....
Tidak ada yang serba terlalu, dari semua guratan warnanya.
Ketika warna duka dan kesedihan yang tergambar, atau mungkin kegembiraan dan kebahagiaan, semua sama, hanya akan menjadi masa lalu, yang telah kita lalui dan kita tinggalkan.
Ketika kita memandangnya, mungkin dada ini bergetar hebat karena kebahagiaan dan kegembiraan yang telah ditorehkan di hati ini.
Atau mungkin air mata mengalir perlahan, mengenang kepedihan pada warna duka yang telah ditinggalkan.
Tapi semua sama......saat kita berjalan di masa kini, kemarin adalah masa lalu...
Bahkan jika pun kita tidak mengharapkan kehilangan warna-warna itu, kita tidak akan pernah bisa memutar kembali pada tempatnya.
Bahkan jika kita menghiba, mengharapkan waktu berhenti berputar, saat kita mengalami kebahagiaan...maka kekuatan sang waktu tak akan mampu kita cegah, untuk memaksa kita meninggalkan semuanya.
Ibarat pelangi, warna kehidupan kita akan terasa indah jika kita memandangnya menjadi satu, ada suka dan duka, ada tawa dan tangis, sedih dan gembira, berselang-seling dalam setiap undakan waktunya. Jika kita hanya memandang satu warna saja, maka kita hanya akan tenggelam pada kerapuhan sebuah asa...akan kesedihan dan kegembiraan itu sendiri.
Memandang kehidupan dengan warna yang utuh, memunculkan rasa syukur atas semuanya, dan menghilangkan penghakiman pada setiap langkah yang telah kita ambil.
Setiap insan, ketika akan diturunkan di muka bumi, sudah lengkap dengan catatan perjalanan hidupnya, lengkap dengan rejeki dan jodohnya, lengkap dengan takdir waktu akhirnya.
Dan semua tertulis dalam buku rahasia Sang Maha. Kita hanya diminta untuk "menjemput" masa depan itu sampai batas akhir waktu kita, dengan kegigihan ikhtiar dan membuka tabir rahasia "takdir" kita masing-masing.
Maka, tentunya kita tidak berhak menjadi hakim atas pilihan jalan hidup orang lain. Setiap orang mempunyai legenda hidupnya masing-masing, dengan segala konsekuensi dari pilihan-pilihan atas hidupnya.
Tempat kita bagi orang lain hanyalah, menyebarkan kebaikan dan saling mengingatkan dengan bil hikmah.
Dan di titik ini, di kesempatan kehidupan yang telah diberikan padaku, kupandangi keindahan pelangi hidupku.
Ada kecemasan...keindahan pelangi yang aku pandang dan telah kujalani ini, apakah kujalani sesuai dengan kehendak dan takdir-Nya, atau hanya karena semata keinginan dan nafsu kehidupanku saja ????
Tuhan....jika apa yang telah kujalani tidak sesuai dengan apa yang telah engkau suratkan, maka kembalikanlah aku dalam pelukanMu, ke jalan yang Engkau kehendaki....
Hanya Engkaulah yang mempunyai kekuatan untuk membolak-balikan hati, karena betapa tidak berdayanya hamba atas keinginan-keinginan dan harapan-harapan...
Tuhan....terkadang pilihan-pilihan akan mimpi-mimpi dan keinginan selalu ditautkan sebagai takdir yang telah Engkau gariskan, maka jika itu adalah kesalahan, ampunilah hamba...
Bantulah hamba menjemput masa depan, seperti yang telah Engkau takdirkan....
Jika pun hamba adalah bagian terbaik dari orang lain dalam kehidupan ini, maka berilah ruang dan jalan sesuai RidhoMu....
Jika pun kehidupan hamba menjadi lengkap atas manfaat bagi orang lain, maka mudahkanlah......
Jika pun Engkau menghendaki hamba ber-hijrah maka ringankanlah segalanya...
Tuhan...sesungguhnya masa depan bersamaMu adalah yang terbaik...
Maka peluklah hamba untuk bisa menggapaiNya....tanpa harus ada air mata dan kesedihan atas rasa kehilangan pada sesuatu yang menjadi mimpi dan harapan.....
Tuhan...betapa banyak keingingan dan harapan, karena sesungguhnya Engkau lah yang Maha kuasa untuk menentukan yang terbaik bagi hamba...
Banjarmasin, 1 11 11....
Kamis, 27 Oktober 2011
Dia bernama Aniek.....
Adalah suatu senja, saat matahari menjelang pamit di kotaku, kehebohan itu datang. Kehebohan yang ternyata telah tertahan berhari-hari, tetapi baru kutemui senja itu.
Dia muda..... jika hitungannya adalah usia, tetapi kehidupan telah menggilas kemudaan itu dan memberikannya usia tambahan 10 tahun. Tergeletak tak berdaya bersandar pada kursi tua yang sudah tak layak duduk, di posko yang gelap.
Dia wanita...... yang dalam kekurangannya masih menggenggam naluri keibuan untuk menyelamatkan kedua anaknya. Anak yang jadi tumpuan dan semangatnya untuk tetap bertahan, dua atas tiga yang yang terpisahkan.
Dia tuna..... tanpa hak atas harta yang pernah melekat dalam usianya. Tuna atas kasih sayang yang terengut setelah maut memisahkan dari yang mengasihinya. Tuna atas mimpi yang buyar kala satu per satu penyakit menggerogotinya. Tuna dalam ketidak berdayaan atas kemampuan berjuang untuk hidup, bahkan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tuna akan pemahaman, mengapa semua harus dia jalani.
Dia pasrah..... pada kehidupan dan mencoba untuk terus menjalaninya. Pasrah pada apa yang dikehendaki Sang Esa atas hidupnya. Pasrah pada bumi yang membawanya pada titik nadir rasa iba orang-orang yang dilaluinya. Pasrah pada hati yang dia sendiri bahkan tidak memahaminya.
Yang dia tahu....dia memiliki cinta dan tanggung jawab atas anak-anaknya..
Yang dia tahu..... selagi Allah masih mengijinkannya hidup, maka hidupnya adalah untuk anak-anaknya, berjuang untuk mereka, bahkan jika harus menggantungkan hidup pada alam dan kekayaan milik Allah...
Maka waktu pun terus berputar, merayap pada apa yang menjadi kehendakNya untuknya..
Dan dia bernama Aniek....
Anak alam yang dikasihi Allah, dan padanya semua pelajaran tertumpah, tersirat dan tersurat.
Banjarmasin, 27 Oktober 2011
Tepat di Hari Blogger Nasional
Kupersembahkan untuknya, atas sentuhan rasanya untukku...
"Dan jika Allah berkehendak, maka dibukakan pintu-pintu hati, digerakan tangan-tangan mengulurkan pertolongan, bahkan pada apa yg disebut "mustahil"...subhanallah
Dia muda..... jika hitungannya adalah usia, tetapi kehidupan telah menggilas kemudaan itu dan memberikannya usia tambahan 10 tahun. Tergeletak tak berdaya bersandar pada kursi tua yang sudah tak layak duduk, di posko yang gelap.
Dia wanita...... yang dalam kekurangannya masih menggenggam naluri keibuan untuk menyelamatkan kedua anaknya. Anak yang jadi tumpuan dan semangatnya untuk tetap bertahan, dua atas tiga yang yang terpisahkan.
Dia tuna..... tanpa hak atas harta yang pernah melekat dalam usianya. Tuna atas kasih sayang yang terengut setelah maut memisahkan dari yang mengasihinya. Tuna atas mimpi yang buyar kala satu per satu penyakit menggerogotinya. Tuna dalam ketidak berdayaan atas kemampuan berjuang untuk hidup, bahkan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tuna akan pemahaman, mengapa semua harus dia jalani.
Dia pasrah..... pada kehidupan dan mencoba untuk terus menjalaninya. Pasrah pada apa yang dikehendaki Sang Esa atas hidupnya. Pasrah pada bumi yang membawanya pada titik nadir rasa iba orang-orang yang dilaluinya. Pasrah pada hati yang dia sendiri bahkan tidak memahaminya.
Yang dia tahu....dia memiliki cinta dan tanggung jawab atas anak-anaknya..
Yang dia tahu..... selagi Allah masih mengijinkannya hidup, maka hidupnya adalah untuk anak-anaknya, berjuang untuk mereka, bahkan jika harus menggantungkan hidup pada alam dan kekayaan milik Allah...
Maka waktu pun terus berputar, merayap pada apa yang menjadi kehendakNya untuknya..
Dan dia bernama Aniek....
Anak alam yang dikasihi Allah, dan padanya semua pelajaran tertumpah, tersirat dan tersurat.
Banjarmasin, 27 Oktober 2011
Tepat di Hari Blogger Nasional
Kupersembahkan untuknya, atas sentuhan rasanya untukku...
"Dan jika Allah berkehendak, maka dibukakan pintu-pintu hati, digerakan tangan-tangan mengulurkan pertolongan, bahkan pada apa yg disebut "mustahil"...subhanallah
Langganan:
Postingan (Atom)