Kamis, 26 November 2009

Menembus batas logika...menuju pertautan cintaMu yang agung...

Labbaik Allahumma labbaik....
Aku datang memenuhi panggilanMu...
Aku datang memenuhi panggilanMu...

Dan saat ini di padang arafah, para tamu Allah tafakur memohon ampunan.
Sebuah kontemplasi yang khusuk, ditempat yang penuh berkah, atas undangan Sang Maha Berkehendak.

Bulir-bulir airmata berjatuhan, rentangan perjalanan kehidupan tergambar dengan sendirinya.
Beribu ampunan dipanjatkan, bergetar hingga ke ujung sanubari...terhempas dalam rasa penantian akan sebuah pengampunan...
Beribu harapan pun di sampaikan, akan sisa perjalan kehidupan yang penuh barokah.
Perjalanan hidup yang diridhoiMu, sampai menuju titik akhirnya, dimana gerbang syurgaMu menantinya.....

Sebuah harapan akan akhir yang khusnul khatimah, menjadi cita-cita tertinggi.
Dimana pintu rumahMu menjadi jalan untuk menggapai harapan itu....
Berdoa di Multazam, bersimpuh di Raudah....dengan harapan syafaat akan munajat yang agung....
Semoga Engkau mengabulkan...

Ketika pertautan cinta denganMu menjadi sebuah spirit...
Maka tidak ada rintangan yang begitu berarti yang bisa menghalangi..
Bahkan jika kasat mata, harta duniawi tak ada disandang badan...
Pertautan cintaMu yang agung mematahkan segala logika..
Sehingga cita dan keinginan selalu didengungkan, untuk datang memenuhi panggilanMu wahai Sang Maha..

Ketika tanganMu berkehendak....apalah arti sebuah angka-angka...
Berduyun-duyun kami memenuhi panggilanMU
Dari seluruh arah mata angin, kami datang dan melafadz-kan Talbiyah...
Berjalan kaki....darat ...laut dan udara...sebuah perjalanan yang penuh keindahan..

Kami berlari menuju rentangan kedua tanganMu
Berlomba untuk dipeluk dalam ridhoMu
Dan jika tiba saat kami kembali...
Kerinduan in tak pernah usai
Untuk kembali mendapat penggilanMU...

Jika kerinduan ini begitu bergejolak...
Apakah layak kau persalahkan...dengan berhitung akan amalan dan prasangka-prasangka??
Sebuah langkah menuju kerinduan ini...
tentunya sepenuhnya adalah atas ijinNya...atas ridhoNya..
Maka berdiamlah engkau...akan ketidak tahuan rahasia cintaNya...

Maka...ketika kerinduan akan tautan cintaMu terus bergetar...
Yang akan terjadi...terjadilah...
Bahkan jika engkau sulit untuk memahaminya...

Maka beristighfarlah, dan merintihlah dalam harapan, agar tiba masamu..
Kuncilah mulutmu dari keinginan untuk melepas cercaan, dan syak wasangka penuh praduga..terhadap hamba yang mendapat panggilanNya...bahkan untuk berkali-kali..

Dan biarkanlah TakdirNya membimbingmu...untuk berpeluk dalam keindahan panggilanNya...
Berikhtiarlah...dalam nyata...dan kepasrahan yang mendalam....

Andai...kembali tiba waktuku....kutunggu kembali panggilanMu....Amin..

Banjarmasin, 26 November 2009

......mengenang Arafah......
(Semoga spirit ini selalu melekat, menuju Khusnul Khatimah)

Kamis, 19 November 2009

Wadon…Indon…Sebuah Distorsi yang Harus Diluruskan…

"Ooooh ... Wadon cirebon dong ??!!"
Sebuah kalimat biasa, yang diharapkan berarti biasa juga, apalagi jika dikaitkan dengan pengertian harfiah tata bahasanya. Tetapi jika kalimat tadi diucapkan oleh seseorang, dengan seringai senyum penuh arti yang berkonotasi melecehkan', maka tidak terhindarkan lagi, reaksinya adalah "ketersinggungan' yang amat sangat....

Itulah yang terjadi padaku. Jika tidak menjunjung tinggi etika, saat itu juga rasanya ingin memuntabkan kemarahan, dan membalas dengan kalimat-kalimat keji bernada menuduh.... Tetapi untungnya akal sehat masih bs mengendalikan ketersinggungan itu. Dan saat reda, baru mencoba memahami, kesalahan tidak pada yang menyampaikan, tetapi pada "pengalaman" yang terekam olehnya.

'Wadon', yang berarti perempuan, secara harfiah mempunyai arti luhur, sebagaimana padanannya. Tetapi dalam perkembangannya, mengalami distorsi sedemikian rupa, sehingga jika diucapkan pada konteks tertentu, berarti sangat negatif. Kita tidak bisa menutup mata dan kenyataan, di jalur pantura, di daerah tertentu, budaya 'wadon' sebagai penghibur menjadi fenomenal. Bahkan ada sebuah daerah, dikenal sebagai sentra pemasok 'wadon' untuk tempat-tempat hiburan di ibukota, baik yang terpaksa maupun yang sukarela. Bahkan pada budaya dan habit yang telah menggurita mereka, menjadi 'wadon' adalah cita-cita, khususnya jika itu berarti menjadi 'star', mendapat 'kekayaan' dan berbagai alasan yang sulit diterima dalam tataran normal juga norma universal. Itulah kenyataannya, dari sebuah keyakinan terhadap hal yang salah akan pemenuhan kebutuhan hidup....

Tetapi itu bukan potret perempuan Cirebon, bukan budaya Cirebon....dan yang jelas, itu bukan di wilayah Cirebon. Sangat jauh nun di pesisir pantai sana.... Tetapi ketika penyebutan Cirebon sebagai daerah asal adalah kebanggaan bagi mereka, atau mungkin sekedar kemudahan karena Cirebon adalah kota besar, maka generalisasi pun dimulai. Bagai pepatah, rusak susu sebelanga, hanya karena nila setitik....

Ini bukan ketersinggungan tanpa alasan. Ini adalah upaya untuk menjelaskan, yang harus dilakukan di- Pe aR kan. Cirebon adalah pusat sejarah, dimana di sinilah salah satu pusat penyebaran agama Islam di jawa, selain Banten dan Sunda Kelapa. Sejarah meninggalkan jejaknya di sini, dengan adanya Kerajaan Islam, Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Di Cirebon pula terdapat jejak sejarah para wali, imam besar agama Islam. Tercatat ada Sunan Gunung Jati dan bahkan Sunan Kalijaga pun melakukan tetirah di kota ini, dalam rangka bermunajat pada Allah SWT, yang dikenal dengan petilasan Sunan Kalijaga....

Jadi dilihat dari sudut manapun, tidak ada pembenaran sejarah dan budaya terhadap "perilaku a-moral" itu, yang bisa dikaitkan dengan generalisasi terhadap distorsi kata 'wadon'. Ini hanya bagian dari anomali sebagian masyarakat, dan selalu ada di setiap daerah manapun.

Dalam konteks yang lebih besar, stigma buruk yang dikaitkan dengan 'sebuah kata', juga disematkan pada kata "Indon".

Dalam arti biasa, kata ini hanyalah pemenggalan untuk penyebutan orang Indonesia oleh warga negara Malaysia. Tetapi pada perkembangannya juga mengalami distorsi yang berkonotasi negatif. "Indon" identik dengan pekerja non formil yang mengais rejeki di sana, sebagai PRT, buruh, dan pekerja rendahan lainnya......yang walaupun tidak dikatakan dengan formil, ditempatkan pada kasta terendah dalam struktur sosial di sana. Lebih parah lagi ketika pengertian 'Indon' bagi majikan-majikan tiran, diidentikan sebagai "budak', yang dibeli di awal, dan bisa diperlakukan semena-mena selayaknya property mereka....

Betulkah stigma "Indon", dengan segala hal negatif hanya untuk mereka yang bekerja di sektor non formil ? Apakah itu tidak berlaku untuk para professional dan keluarganya yang bekerja di sana???
Sampai hari. Ini belum ada kasus besar yang menjawab pertanyaan itu, apalagi jika yang dimaksud adalah di tempat dimana profesionalisme itu dilakukan, semisal dosen di universitas, atau institusi lainnya.
Tapi siapa bisa menjamin, jika mereka tengah berada di tempat umum, tanpa simbol dan label profesionalisme itu, yang melekat hanya orang Indonesia....apakah stigma "indon" pernah memberikan dampak buruk??!!

Cerita dari beberapa teman, itu terjadi...,bahkan pada publik figure kita dan harus diakui itu menyakitkan, tersinggung.....!!! Bisa jadi, sedikit banyak, fenomena kasus Manohara, salah satunya adalah ini... Wallahualam...!!

Jelas sudah, generalisasi stigma "indon" sedikit banyak mempengaruhi pola pandang masyarakat sana terhadap orang Indonesia.... Siapapun itu... Dan ini harus diluruskan....oleh kita tentu saja, sebagai bangsa.....!!!

Dahsyatnya sebuah distorsi kata...."Wadon" juga "Indon" menyentuh wilayah harga diri.....

Akankah ini dibiarkan....atau adakah ide dan upaya untuk bisa meluruskan semua ini....

Perlu kerja keras....kerja cerdas... Untuk tegaknya sebuah martabat....

Jakarta, 14 Mei 2009

Rabu, 18 November 2009

Next Generation….

Minggu lalu, jalan-jalan sama keluarga, ceritanya sekalian wisata kuliner..
Tiba di rumah makan..tepatnya warung makan (psssssssst di banjarmasin kalau mau makan enak itu, ya ke warung makan, jangan restaurant hehehe)..murah meriah & yummmmmiii..
Warung makannya rame...rame banget...tandanya laku..tandanya enak.

Iseng iseng mata ini observasi di sekeliling warung...waduh, seluruh bagian dinding dah ditempel oleh spanduk provider telekomunikasi, melintang, datar, silang, pokoknya lomba tampil dah....(itu bukti lagi warung ini enak...banyak pengunjung...potensial untuk promo...).....Pembenaran terhadap pilihan hahahaha..

Yang menarik, karena sekarang lagi musim promo caleg, bagian dinding yang kosong juga dipasangi oleh poster-poster caleg...dari yang senior, terkenal...sangat terkenal...sampai yang baru mulai muncul...
Hal menarik adalah ketika mengamati poster dari 'yang baru muncul". Rata-rata adalah 'next generation' dari politisi senior, atau pejabat atau para sesepuh...

Saya tidak tahu, munculnya 'next generation' ini apakah perlu disyukuri, karena lahir generasi muda penerus yang potensial, atau justru harus dikasihani...karena dari beberapa poster tersebut sangat terlihat bahwa mereka tidak mempunyai rasa percaya diri yang cukup. Percaya diri tentunya muncul jika merasa mempunyai kemampuan yang mumpuni.Kemampuan mumpuni dalam berpolitik, dalam skill...dan dalam banyak hal, tidak semata karena kemampuan finansial...

Dalam poster-poster para 'next generation', dominan terpampang dalam bentuk gambar atau tulisan, 'siapa di belakang saya'..ada yang menuliskan anak dan menantu siapa (baik itu pejabat, mantan pejabat....yang berpengaruh lah katanya), ada yang dengan pendampingan foto yang bersangkutan...ada yang lain lagi...

Apakah hal ini mengurangi kapabilitas 'next generation' ??? Sangat bergantung pada bagaimana masyarakat menilai tentu saja. Pendomplengan kekuatan bisa menguntungkan, bisa juga sangat merugikan, sangat bergantung kepada masyarkat menilai....Semoga, Masyarakat bisa menitipkan amanah pada mereka yang memang layak untuk memegang amanah itu. Tidak sekedar karena rasa rikuh dan hutang budi pada para senior..tidak juga sekedar ikut-ikutan..apalagi hanya karena golongan....

Next generation...penuhilah panggung politik ini dengan itikad baik dan kerja nyata..bukan sekedar memenuhi spirit yang penting muncul dan melanggengkan sebuah klan.....

Ah harapan.....dan makanan pun siap....asli yummmmmmi....

Banjarmasin, 19 November 2008

Tanpa Judul

Ya Allah...yang maha membolak-balikan hati
Hanya pada kekuatanMu-lah hamba berpegang
Hanya pada Rahman dan Rahim Mulah hamba menyandarkan harapan
Sesungguhnya apa yang hamba jalani saat ini
Insya Allah Takdir terbaik yang Engkau tentukan untuk Hamba

Maka berilah kekuatan untuk selalu bersyukur
Maka berilah kemampuan untuk mencari hikmah
Maka jangan biarkan ada tangis untuk semua yang hamba jalani
Kecuali tangis syukur atas limpahan kasih sayangMu

Ya Rabb....dengan rahman dan rahim Mu
Jikalau masih tumpah tangis yang bukan untukMu
Maka hapuskanlah dengan kasih sayangMu
Luruskanlah ketika hamba terseok
Tuntunlah ketika hamba terjatuh
Dan bimbinglah untuk selalu di jalanMu

Jika ada tangis malam ini
Ini adalah tangis untuk menghapus semua dosa
Ini adalah tangis kepasrahan atas segala kekhilafan
Maka ya Rabb...peluklah hamba dalam jalanMu
Menuju kebarokahan hidup selamanya......



"..................Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas Sajadah yang panjang itu
Diselingi sekedar interupsi......................."


Banjarmasin, 5 Juni 2009

Spirit Hari Ini…Mari Optimis. : "Kisah sebuah jam"

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

(Dikutip dari FB group...Kata2 Hikmah...sangat inspiring...Thx)

Banjarmasin, 23 Juni 2009

Setelah MOCIN…ada BACIN..terus apalagi ??!!

Krisis global yang 'pilek' nya di Amerika sana..'Batuknya' dah mulai terasa ke seluruh penjuru dunia, termasuk disini, sampai 'termehek-mehek' istilahnya. Ribuan karyawan / buruh ketar-ketir, apakah termasuk dalam list yang di'PHK' atau yang di'rumahkan'...semuanya menjadi sama..hanya menimbulkan kecemasan..ketidak tentraman. Banyak perusahaan sudah mulai mengetatkan ikat pinggang, bahkan ada yang sudah membuang ikat pinggangnya karena sudah tidak ada yang harus diketatkan lagi...alias kolaps..alis bangkrut..

Di sisi lain, demo dimana-mana menentang penerapan aturan bersama soal perburuhan, khususnya penetapan UMP...UMP menjadi hal yang hangat dibicarakan di akhir tahun ini, karena awal tahun UMP baru sudah harus diberlakukan...Benar-benar dua hal yang tidak mudah untuk dijembatani, apalagi kalau atas dasar 'pokok'nya.
Satu sisi kita sangat memaklumi, karyawan / buruh tentunya memerlukan perbaikan penghasilan untuk bisa mengatasi dampak dari krisis, disisi lain perusahaan yang terkena dampak krisis juga, harus mengetatkan ikat pinggangnya.
Tapi semua harus dijembatani...Dan jembatan itu atas dasar keterbukaan, kejujuran dan keikhlasan dari dua belah pihak...tidak mudah, tapi bisa jika semua mempunyai kemauan yang baik, dan tidak ada yang 'bermain' atau memperkeruh suasana....Insya Allah akan berjalan dengan baik....

Semoga Badai ini segera berlalu..............

Tapi...Indonesia selalu mempunyai anomali yang menarik....muncul pertanyaan, apakah benar krisis itu mampir di Indonesia????

Kalau dilihat dari berkerutnya kening pemilik perusahaan, kusutnya wajah-wajah di bursa saham....kesedihan karyawan yang di PHK...proteks-antisipasi-action yang dilakukan pemerintah...krisis itu terasa sekali.

Tapi kalau kita tengok bagaimana partai, caleg bersiap untuk bertarung di 2009, krisis itu seakan tidak pernah sampai. Milyaran rupiah sudah disiapkan hanya untuk yang namanya 'belanja iklan', sosialisasi dan apapun namanya....bahkan mungkin krisis ini pun akan menjadi komoditas / issue yang menarik untuk kampanye nanti....

Memang benar, selalu ada dua sisi mata uang yang berbeda.....sehingga sulit atau mudah ..krisis atau tidak pun menjadi sangat relatif sekali....

Ada hal menarik yang diamati saat ini, yaitu berlimpahnya barang-barang import made in China...setelah Amerika dan beberapa negara Eropa tidak lagi menjadi pasar potensial karena dampak krisis ini, Indonesia menjadi lahan subur untuk limpahan barang-barang ini. Setelah dulu ada motor cina (MOCIN)...eh sekarang batik printing pun ternyata made in china....jadi BACIN...belum lagi produk lainnya...makanan, susu, sabun madi, dan lain-lain

Soal harga, jelas sangat murah jika dibandingkan dengan produk lokal, karena bagi mereka yang penting menguasai pasar dulu...Tapi dampaknya pengusaha garmen kita semakin terjepit, juga pengusaha lainnya.

Satu sisi.....masyarakat dengan daya beli yang semakin menurun, sangat terbantu dengan berbagai produk murah made ini China yang ditawarkan.
Sisi lain, dampaknya terhadap perusahaan-perusahaan lokal sangat terasa...khususnya garmen..semakin banyak yang bersiap gulung tikar, bahkan yang sudah kolaps....Apalagi kalau ternyata masuknya berbagai barang murah ini ilegal...semakin berlipat kerugiannya.......

Itulah...Selalu ada dua sisi.....
Mungkin yang kita perlukan saat ini adalah semangat Nasionalisme....
Gerakan Aku Cinta Produk Indonesia, perlu didengungkan lagi...selain proteksi dan action dari pemerintah untuk mencegah ini lebih buruk lagi....

MOCIN...BACIN...dan temen-temannya.......hindari aja....

"Aku Cinta Buatan Indonesiaaaaaaaa........."

Banjarmasin, 25 Nov 2008

Ketika Tuhan mengingatkanku.............

Ketika Allah ingin mengingatkan manusia, ternyata bisa dari hal yang tak pernah terduga....

Suatu hari entah kenapa dari pagi sampai malam hari isinya adalah haru biru…..mata ini gampang berkaca-kaca oleh hal-hal yang mungkin sebenarnya biasa saja…

Ketika membaca buku “Sang Pemimpi” dari tetralogi “Lasykar Pelangi” karya Andrea Hirata yang terkenal itu, air mata ini terburai begitu saja. Hal yang membuat terharu adalah, betapa seorang anak…’si tokoh ikal’ , begitu mencintai dan menghormati ayahnya.

Dalam kebersahajaan tokoh ayah yang digambarkan, tidak bermewah-mewah dalam mencurahkan kasih sayang, tanpa banyak kata, tapi hanya bahasa tubuh, gerak dan keikhlasan yang terpancar dari seluruh tindakannya, mampu menempatkan sosok ayah di puncak tertinggi penghormatan dan kasih sayang si anak…………sepanjang hidup si anak…

Berlanjut sang air mata pun kembali berderai ketika menonton sebuah acara di TVRI (yang tidak sengaja tertonton......), dimana ada Sang tokoh, yang tak lain adalah Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara, yang mengungkapkan rasa cinta dan hormatnya kepada Ayah dan Mak-nya, dengan tutur kata ala Naga Bonar mencintai Mak-nya….begitu tinggi dan luhurnya, dia menempatkan sosok sang Ayah…yang menitipkan Mak-nya untuk dijaga dan dirawat…dan dipatuhi…

Dari kisah Syamsul Arifin pun tidak ada kemewahan dan berlebihan ungkapan kasih sayang yang disampaikan orang tuanya…
Bahkan kalau boleh dibilang dalam kekurangan dan kesederhanaan, tak banyak yang bisa diungkapkan oleh kedua orang tuanya, selain mencoba untuk mendorong agar punya semangat dan harga diri…..dengan jalan terus ‘menekan’ sang anak agar terus berjuang

Dua fragmen yang entah kenapa melintas di kehidupanku hari itu, benar-benar menguras air mata dan membuat aku tertunduk dalam doa…..
Aku pun tak mengerti mengapa harus penokohan orang tua ini yang menjadi ‘angle’ utama yang kutangkap dalam batinku……

Padahal…Andrea tengah berkisah tentang sahabat dan petualangannya….
Padahal…Syamsul Arifin tengah bercerita panjangnya perjalanan hidup & karir politiknya….

Tapi Tuhan tengah mengingatkanku………..
Bisakah aku sebagai orang tua menempati posisi seperti ayah & Ibu kedua tokoh tadi………???
Sudahkah aku memberikan segenap kasih sayang dengan keikhlasan yang tulus???
Betulkah segala dorongan dan semangat yang kupompakan pada anakku, murni untuk kebahagiannya…atau jangan-jangan untuk mewujudkan egoku…ambisiku ??!!
Yakinkah aku bahwa apa yang telah kulakukan tidak menimbulkan goresan pilu di hati anak-anaku…yang mungkin juga akan tersimpan dan terkenang sampai mereka dewasa kelak…seperti tersimpan dan terkenangnya kasih sayang “orang tua yang hebat “ itu………

Betapa bahagianya aku….jika aku adalah bintang di hati anak-anakku
Betapa lengkapnya hidupku…..jika aku adalah telaga bagi anak-anakku
Beritahukan Ibumu Nak…bagaimana kalian menginginkan aku hadir dalam hidupmu….kehadiran yang berarti bagi hidupmu…………

Ya Allah……tuntunlah hambamu ini, dalam sedalam-dalamnya keikhlasan menjalani hidup……Sebagai Ibu…sebagai apapun….Amin…

(Sayup-sayup kumerasa mendengar senandung Neno Warisman dan anak-anak asuhnya…..
“Ayah adalah Bintang...
Bunda adalah Bintang…
Kita semua adalah Bintang..........”
..................................dan kembali airmata ini tumpah ruah...............)


Banjarmasin, Juni 2008

Puisi Jenderal Douglas Mc Arthur : Doa Seorang Ayah…

(Ditulis ulang sebagai "REMINDER"...untuk Saya...Anda dan untuk kita semua.....)

Pada masa perang dunia kedua, tepatnya bulan Mei Tahun 1952, seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menullis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku" Inilah isi puisi tersebut:

Doa untuk Putraku

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat
Untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup Kejenakaan
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"


Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas MacArthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: "Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan." Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.

Seperti kata mutiara : "Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda."

Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!


Balikpapan, 01 Mei 2009
(Dalam malam...sepi...dan full kontemplasi....)

Prasangka Buruk…Apa Hak Kita ??!!

Musim haji di Banjarmasin...menjadi berkah tersendiri, karena banyak undangan 'selamatan haji'. Banyak yang berpandangan bahwa ini akan mengurangi makna 'ibadah haji' karena katanya sama dengan ria...

Hanya saja saja jika kita mau berpikir positif, maka 'output'-nya pun positif. Dengan mengundang orang, maka 'saling mengikhlas'kan menjadi jauh lebih efektif, tidak harus datang satu per satu...bukankah jika kita pergi ke tanah suci, sebaiknya diupayakan 'tidak ada ganjalan' dengan teman, kerabat, jiran tetangga... soal ria dan tidak..biarlah kita kembalikan pada niat sang 'ahlul hajat', dan hanya Allah yang tahu...
Jamuan yang disajikan asal tidak memaksakan diri..toh menjadi berkah untuk undangan...seperti saya...yang beberapa hari ini jadi makan siang gratis terus .....Hmmmmmm Alhamdulillah....

Hal unik yang bisa diamati dalam acara ini adalah, undangan yang datang biasanya membawa 'sesuatu', baik itu berupa barang (yang biasanya berhubungan dengan perlengkapan ibadah haji), maupun uang. Ternyata ada makna di balik semua itu...mereka berharap pemberiannya diterima dengan ikhlas dan bisa di bawa ke tanah suci...semacam 'persekot'...agar Allah pun kelak memanggil dan mengijinkan mereka untuk bisa beribadah ke tanah suci...Kalau sudah begitu, bagaimana kita bisa menolak...

Saya jadi teringat peristiwa satu tahun yang lalu. Seorang sahabat menitipkan amplop berisi 5 lembar uang 1 riyal, titipan keluarganya dengan pesan...saya tidak boleh menolak, dan minta uang tersebut dibelanjakan di Tanah suci untuk kepentingan kami, sehingga menjadikan manfaat & Allah mengijinkan dia untuk pergi ke sana juga.
Yang menitipkan ini hanya seorang pedagang kecil yang setiap tahun selalu menyisihkan uangnya untuk dititipkan kepada mereka yang beribadah haji.......itulah ikhtiar dia dalam keterbatasannya...

Hanya doa yang bisa kami panjatkan, semoga Allah membukakan pintu kesempatan untuknya... mereguk dahaga kerinduan di Rumah Allah...di mesjid RasulNya...berdoa di Multazam & Raudah...tafakur di padang Arafah..., dalam rangkaian ibadah Haji.....seperti harapan dan mimpinya. Amin.

Sebuah keterbatasan manusia, apapun namanya, bukan hal penting bagi Allah, jika dia ikhlas.
Sebuah mimpi setinggi apapun, berhak diukir & digantungkan dan oleh setiap insan.
Dengan ikhtiar yang maksimal dan kepasrahan yang ikhlas...maka hanya Allah lah yang berikutnya akan membimbing mencapai mimpi itu....

Maka menjadi tidak relevan, kita manusia menghakimi keputusan yang lainnya...kecuali beristighfar jika merasa kurang pas...

Maka marilah berpikiran positif......

Jika seseorang seseorang begitu berlimpah hartanya sehingga umroh & berhaji berkali-kali...maka kemabruran hajinya diuji dengan 'kemampuannya' mensejahterakan sekitarnya

Jika seseorang menjual rumah satu-satunya untuk berhaji...maka kemabruran nya akan diuji dengan kesabaran menghadapi cobaan kemiskinan sesudah berhaji....

Semua kembali pada dirinya...semua hanya Allah yang maha tahu....

Maka ...sudah tidak ada lagi tempat untuk kita berprasangka buruk....

Banjarmasin, 21 November 2008

PLN Lagi….Tp Balakar Luv You…

Pagi ini, lagi serius-serius menyelesaikan revisi overview untuk persiapan rakernas SmartFM di Makasar, tiba-tiba .......Pret!!!!! Yaaaah...listrik mati lagi....kerjaan sih gak terganggu, aman di laptop, tapi ...jadi ada teriakan karena automatic switcher terganggu...siaran tertunda....walah....

Bener-bener deh, kita butuh 'PLTJ'...Pusat Listrik Tenaga Jin...biar "kage ada matinya" hahaha.
Beberapa waktu terakhir PLN mengumumkan edaran pemadaman bergilir lagi.
Itu resminya...setelah setiap saat kita dikejutkan dengan pemadaman tiba-tiba, atas nama kerusakan, perbaikan dan kurangnya kapasitas daya listrik...ampun deh. Yang menyedihkan adalah, kami di Kalimantan ini penghasil batubara yang luar biasa. Banyak orang mendadak kaya dengan hanya berbisnis batu bara, perusahaan besar pun mereguk banyak keuntungan dengan batubara ini.

Tapi katanya sih PLN selalu kekurangan pasokan batubara. Perusahaan dan pengusaha batubara kita lebih memilih menjual ke Luar negeri karena harganya jauh lebih baik.

Bicara soal batubara Kalimantan, kebijakannya, peran pemerintahnya, kelakuan pengusaha dan para OKB nya.....cuma bikin kita mengelus dada......

Kata temen sih...Ini masih Indonesia Neng............ yang gitu-gitu mah lumrah katanya, terjadi hampir di semua daerah kaya sumber daya alam. Katanya lagi....gak ada daerah di Indonesia ini yang kaya SDA inline juga dengan makmur rakyat dan daerahnya. Makmurnya cuma untuk sebagian orang katanya......katanya lagi..... Sediiiiiiiiiiiiiiiiih deh.....

Mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi pada bijih besi yang juga saat ini mulai digali...pabriknya mulai diurus untuk didirkan... KS II...yang terbesar di Asia Tenggara katanya.
Tapi belum-belum sudah menyisakan sengketa batas wilayah antara 2 kabupaten terhadap satu daerah yang diindikasikan terdapat kandungan bijih besi dan batubara tentu saja. Hasilnya, pelayanan masyarakat terganggu, menimbulkan konflik sosial...Bupati masing-masing daerah mencari jalurnya sendiri-sendiri supaya dibenarkan...ke pengadilan...ke mendagri....sampai ke MK...kok MK ???? Rumit kan ?

Sekali lagi ini masih Indonesia...yang gini-gini mah lumrah...konflik..egois...lumrah katanya......Duhhhhrhhhhhhhhhhhhhh...sudahlah karena cuma bisa prihatin...

Jadi teringat beberapa waktu yang lalu..daerah lain yang giliran padam listrik, tidak lama kemudian suara sirine bersahut-sahutan. Kami tahu musibah itu datang lagi...kami juga tahu "pekerja tak kenal lelah...tak kenal waktu"' itu sedang beraksi lagi...."MEMADAMKAN API"....artinya kebakaran lagi.....

Kalau dulu...himbauan 'waspada' terhadap bahaya kebakaran biasanya disampaikan jika mendekati kemarau, baik itu kebakaran di perumahan maupun kebakaran ladang dan hutan. Sekarang kewaspadaan menjadi harus setiap saat, tidak mengenal musim. Bisa karena hubungan arus pendek...bisa karena lilin ...kompor dan lainnya.
Sebagian terjadi saat pemadaman bergilir berlangsung...maka jadilah PLN sebagai tertuduh penyebabnya...kasian juga sih, mungkin ini karena keteledoran orangnya, tapi kan mumpung ada yang bisa disalahkan...salahkanlah PLN gituuuuu...

Kalau sudah ada musibah kebakaran, acungan dua jempol kami arahkan kepada para Balakar, sebutan untuk anggota pemadam kebakaran. Di Banjarmasin ini, hampir di setiap lingkungan mempunyai unit pemadam kebakaran lengkap dengan sukarelawannya. Jika hanya mengandalkan Unit Pemadam Kebakaran milik pemerintah, maka pasti akan kewalahan, karena yang dibawah koordinasi pemerintah daerah hanya bisa dihitung dengan sebelah jari tangan saja. Tapi kesadaran dan swadaya masyarakat, dan support dari pengusaha, jadilah kami mempunyai banyak sekali unit pemadam. Jika ada musibah, dimanapun, sampai lintas kabupaten, mereka akan sigap untuk membantu. Mereka termasuk yang sangat berperan dalam membantu pemadaman lahan-laham gambut, saat kemarau panjang terjadi.

Pengalaman pribadi begitu membekas, ketika ada tetangga tertimpa musibah kebakaran. Kecepatan datangnya Balakar ini, mengurangi kecemasan kami...karena bisa segera teratasi. Selesai bekerja,....mereka semua pulang hanya berbekal rasa terimakasih kami, tidak ada honor, tidak ada amplop....tidak ada yang lain...

Boleh saja kesehariannya mereka hanyalah pekerja kecil...bahkan bisa jadi hanya orang-orang yang kurang beruntung tanpa pekerjaan. Tapi ketika mereka sudah mengenakan seragam balakar...maka yang terlihat hanya keikhlasan saja...bagaimana agar api segera padam. Boleh jadi...karena semangat tingginya, kadang memakan korban kecelakaan lalu lintas...karena harus mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi...tapi jika niatnya adalah lebih baik...maka semua bisa dimaklumi...

Di tengah banyaknya orang begitu berhitung dengan angka-angka, berhitung dengan untung rugi.....tetaplah ikhlas untuk membantu.....
BALAKAR...terimakasih dari kami...
Luv U....

Banjarmasin, 27 November 2008

Persahabatan bagai Kepompong….

Persahabatan & persaudaraan sejati hanya bisa ditemui di masa lalu sebuah perjalanan kehidupan...tidak dimasa kekinian seseorang, dimana mungkin segala asesoris kehidupan telah tercapai.
Asesoris itu bisa berupa harta kekayaan, jabatan, titel, dan hal-hal lain yang merupakan pernik-pernik kehidupan.

Apa Maksudnya ??

Itu berarti...embrio sebuah persahabatan & persaudaraan sejati, hanya akan mengakar kuat dalam garis kehidupan, jika kita menjalinnya dalam 'momentum yang luhur' dan terlepas dari asesoris kehidupan.
Persahabatan seperti ini akan melekat kuat dan erat tak terbatas....siap ber-metamarfose untuk menjadi "kupu-kupu' yang indah dalam catatan perjalanan kehidupan kita

Persahabatan yang dimulai dengan lekatan 'asesoris', masih memerlukan momentum pengujian 'kehilangan', 'jarak' , 'ambisi' dan egoisme.....tapi jika semua bisa terlampaui, maka tidak mustahil akan terbang 'kupu-kupu' indah persahabatan sejati ...
Tapi itu berarti memerlukan tenaga yang lebih...
Bergantang waktu ....
Dan telaga kesabaran yang tak terbatas....

Sering kita saksikan adegan seru..... persahabatan yang terikat dalam bisnis, berubah menjadi sebuah perseteruan dahsyat, ketika salah satu merasa terugikan dalam hitungan angka-angka....dalam hitungan pamrih..keegoan..dan ambisi...

Tak terlihat sedikitpun sisa dari sebuah 'tautan persahabatan' itu......ketika api kemurkaan termuntabkan atas nama 'keadilan' lah...
Harga diri lah...
Ketersinggungan lah...dan hal lainnya..

Saling 'menikam' atas nama 'dendam' & 'sakit hati' ....menjadi sesuatu yang mengerikan, yang tidak saja mengorbankan 'ikatan yang ditautkan' tapi juga menyisakan luka bagi orang-orang yang berada disekitarnya.....terhimpit bak pelanduk yang mati di tengah gajah yang tengah bertempur.

Mengapa topik ini menjadi menarik....karena 'kepompong' dan 'kupu-kupu' memang fenomena yang sangat indah..dan lebih indah ketika itu dikaitkan dengan sebuah persahabatan.

Rangkuman perjalanan dalam peta kehidupan yang dijalani beberapa waktu terakhir ini, memotret dengan jelas...persahabatan dan persaudaraan yang rapuh karena 'tautan asesoris'. Menyedihkan...sekaligus miris...

Hal terberat yang harus diterima adalah ketika kita harus menyadari bahwa kita tidak pernah mengenal orang yang selama ini kita yakini paling kita kenal...bahkan ditasbihkan dalam ukiran urutan sahabat...semua berantakan.

Berterimakasihlah pada sahabat di masa lalu
Yang mengukir kita dalam potret paling sederhana
Yang bahagia dengan kekinian kita
Tapi tetap menyeret kita dalam kegembiraan masa lalu
Dalam kepompong kebahagiaan yang tetap abadi
...Seperti pasukan laskar pelangi...
...Oh Indahnya...........


Tengah Malam di Banjarmasin........Sambil siapin proposal-proposal...
(MODE ON : Penyair Pujaan..

Banjarmasin, 22 Desember 2008

No Way Out…..Masak Sih ??!!

Kadang kita merasa dunia begitu sempit dan sesak, saat masalah datang bertubi-tubi. Mungkin kisah di bawah ini bisa memberi kita inspirasi, bahwa selalu ada jalan keluar, jika kita mau berpikir lebih jernih....:

Alkisah seorang petani memiliki keledai satu-satunya sebagai alat angkutan sehari-hari.
Suatu hari keledai itu jatuh kedalam sumur.
Hewan itu menangis sangat memilukan selama berjam-jam sementara si petani tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan keledai tersebut.
Segala upaya telah dicoba untuk mengangkat keledai itu dari dalam sumur, tetapi tidak membuahkan hasil.

Akhirnya , setelah berdiskusi dengan saudaranya diperoleh kesimpulan untuk membiarkan saja keledai itu didalam sumur untuk selanjutnya ditimbun.
Alasannya , hewan tersebut sudah tua dan tidak terlalu berguna lagi jika ditolong.
Di pihak lain , sumur itu sendiri juga sebenarnya kurang produktif.
Dengan demikian menutup sumur dengan keledainya merupakan keputusan yang tepat.

Lalu dia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantu.
Mereka datang dengan membawa sekop, cangkul, dan peralatan lainnya lalu mulai menimbun tanah kedalam sumur.
Pada mulanya , ketika si keledai menyadari apa yang terjadi, dia menangis penuh kengerian.
Namun lama kelamaan semua orang jadi takjub ketika si keledai menjadi diam dan tidak berteriak lagi.

Setelah beberapa sekop tanah mulai dituangkan lagi kedalam sumur, si petani melihat kedalam sumur dan tercengang melihat apa yang dilakukan sang keledai.
Sekalipun punggungnya terus menerus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.
Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah, lalu menaiki tanah itu.
Begitu seterusnya, tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, sedangkan si keledai juga terus mengguncangkan badannya dan melangkah naik hingga mendekati mulut sumur.
Tak pelak lagi, semua orang terpesona ketika melihat si keledai melompati tepi sumur dan melarikan diri.

***
Terkadang hidup ini terasa begitu berat, tertekan dengan permasalahan yang bertubi-tubi.
Belajar dari ilustrasi diatas , bukankah setiap masalah yang ada dapat dijadikan batu pijakan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi, jika kita bisa melihat dan mengubah masalah menjadi peluang.

Kita tidak bisa terus-menerus menyesali apa yang terjadi, sekalipun rasanya sudah tidak mungkin untuk keluar dari masalah yang ada. Yang kita perlukan adalah spirit dan positif thinking terhadap apa yang terjadi, karena hidup tidak akan berakhir dengan cobaan yg ditimpakan, kecuali memang sudah mencapai batas akhir yang ditentukan Allah.

Dan orang lain akan menghargai kita, jika kita bisa menunjukkan pada mereka, bahwa kita berharga. Seburuk apapun yang sudah disimpulkan orang lain, akan segera berubah positif, jika kita bisa komunikasikan "betapa" berharganya kita...

Mari teman...kita tidak berputus asa terhadap apapun yang menimpa kita...mari kita selalu mencari sisi hikmah dari setiap undakan kehidupan kita....

(Sebetulnya ini utk menyemangati diri sendiri...tp barangkali juga berarti utk teman2....)

Balikpapan, 21 Mei 2008

Need Breakthrough.......

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan teman lama, teman sepenanggungan saat di tanah suci, ketika 2 tahun lalu Allah mengijinkan kami untuk melakukan ibadah Haji. Dia adalah anggota team medis di kloter kami, seorang dokter muda dan perempuan. Jadilah kami bernostalgia.

Saat itu saya dan suami memilih untuk menggunakan paket “Departement Agama Murni”, tanpa KBIH, tanpa embel-embel apapun. Ada banyak alasan dibalik semuanya, disamping memang dananya lebih pas untuk paket ini, kami pun ingin bersama kebanyakan jamaah haji asal Indonesia yang memang hanya bisa ikut paket ini.

Yang dimaksud dengan paket “Departemen Agama Murni”, adalah paket dimana kita hanya membayar ONH sesuai ketentuan, mendapatkan manasik standar, dll. Dan diskriminasi memang sudah dirasakan sejak awal daftar ulang, dimana ternyata link-link KBIH sudah menguasai berbagai hal. Jika kita mengikuti KBIH, artinya kita harus mengeluarkan ongkos lebih untuk membayar guru pembimbing, dan menjadi jamaah guru / ustad tersebut. Dan tawaran untuk mengikuti KBIH jelas tidak buruk, tetapi membuat jamaah menjadi seperti berkelas-kelas, demikian juga dengan pelayanan yang diberikan oleh departemen agama dan yang terkait, sudah mulai berkelas.
Dimana kolektivitas KBIH akan lebih mudah mendapat akses, dibanding jamaah biasa. Kondisi ini seakan betul-betul menyiratkan, ada harga ada fasilitas. Sudah benarkah ini ? jika dilihat sepintas, akan kita katakana wajar, tetapi, bagaimana dengan nasib jamaah lainnya ??!!

Jadi bisa dibayangkan, di dalam daftar jamaah haji Indonesia ini ada berbagai kelas, yaitu :
1. Jamaah Haji Biasa
2. Jamaah Haji dengan KBIH
3. Jamaah haji Plus / ONH Plus

Dengan komposisi seperti di atas, prosentasi terbesar adalah Jamaah Haji biasa, yang mendapat layanan diskriminasi. Saya mencoba mengikuti alur dan perjalanannya, dicatat dalam hati dan mencoba untuk mengikhlaskan. Tetapi ada yang harus diperbaiki, dan mungkin ini bukan satu-satunya masukan, karena kalau bicara masalah jamaah haji, masalahnya menjadi seperti bola salju.

Ikutan dari klasifikasi ini, ternyata berlanjut pada pelayanan terkait, diantaranya adalah pelayanan administrasi, kesehatan, dan koordinasi saat di tanah suci. Kami mendapat pimpinan kloter yang konon sudah berpengalaman ke tanah suci. Tetapi ternyata, mempunyai leadership yang sangat rendah, dan memandang jamaah sudah mempunyai pimpinan rombongan dalam KBIH nya, karena dalam satu kloter kami ada beberapa kelompok KBIH. Sehingga jamaah haji biasa, tercecer tak terkoordinasi dengan baik.

Dampak buruk lainnya yang kami saksikan adalah munculnya egoisme jamaah di sana, juga pimpinan rombongan KBIH yang katanya sudah berkali-kali berangkat haji. Jika dalam pelaksanaan ritual ibadah haji, tiba-tiba ada jamaah biasa yang mengikuti di belakangnya, maka dengan lugas, anggota rombongan akan mengatakan…’eh, kamu bukan rombongan kami’, dengan kata lain, karena kamu tidak membayar lebih, maka kamu tidak boleh mendapat lebih….padahal mungkin itu orang yang sudah sepuh, padahal mungkin itu jamaah yang datang dari kampung yang begitu ketakutan jika sendirian….sungguh menyedihkan. Dan ini tidak diperhatikan oleh ketua kloternya….
Ketua kloter, hanya berada di singgasana ruangannya dan hanya menunggu kedatangan jamaah yang mengeluh, tidak berupaya untuk mengontrol dan mengkoordinasi jamaah. Jelas ini karena rendahnya leadership yang dipunyai oleh seorang pimpinan.
Jadilah kejadian jamaah haji tersesat, jamaah haji salah dalam melakukan tata cara ibadah menjadi pemandangan yang mengenaskan. Kami hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan hal ini, dan hanya bisa berupaya membantu apa yang kami bisa.

Secara ruhiyah sebagian orang mengaitkan berbagai kejadian pada jamaah haji ini dengan kesabaran, dan take & give perilaku seseorang di tanah air. Tetapi dalam pandangan manajerial pelaksanaan haji, jelas ini sesuatu yang harus dikritisi.
Saya mencoba mencari tahu kloter lain, dari daerah lain sebagai pembanding, ternyata kurang lebih saja kejadiannya. Hanya ada beberapa pimpinan kloter yang memang secara alamiah mempunyai leadership dan tanggung jawab amanah yang tinggi, selebihnya mereka hanyalah pejabat Departemen Agama yang mendapat giliran saja, berbekal hasil test atau mungkin rekomendasi. Bukan penilaian leadershipnya.

Awalnya saya ingin menjalani ibadah haji dengan menanggalkan berbagai aktivitas di tanah air. Tetapi ternyata banyak hal yang menggelitik yang tidak bisa diabaikan. Jadilah berbekal kartu pers yang saya punya, saya mencoba membantu jamaah haji lain yang kesulitan, terutama yang sudah sepuh. Ternyata ini ampuh. Mengetahui bahwa dalam kloternya ada orang media, maka sang pimpinan kloter pun akhirnya sedikit banyak merubah perilakunya, dan mulai memperhatikan amanahnya….ampuh rupanya kartu pers ini !!!!
Live report yang saya lakukan ke tanah air, sedikit banyak membuat mereka khawatir, ke-lenaanya diketahui, dan mulailah menunjukkan yang seharusnya, entah ikhlas entah tidak. Bagai kami itu tidak penting, biar Allah yang menilai, yang penting dia harus menjalankan amanahnya, seoptimal yang dia mampu.

Keprihatinan berlanjut ketika saya harus sering berhubungan dengan team medis yang mendampingi kloter kami. 3 orang pendamping medis yang terdiri dari satu orang dokter muda dan 2 perawat menjadi sangat tidak layak untuk jamaah dalam satu kloter. Seperti halnya pimpinan kloter dan wakilnya, saya tidak terlalu paham bagaimana team medis ini dipilih. Tetapi bisa diduga, mereka pun dipilih berdasarkan test dan giliran, tanpa mengedepankan masalah leadership.

Bisa anda bayangkan, team medis ini setiap periodik harus mengirimkan laporannya ke sektor yang jaraknya tidak dekat, dengan dijanjikan jemputan atau mobil yang tidak kunjung datang, maka yang terjadi, dia harus melakukannya sendiri dengan ongkos yang tidak sedikit dan kekhawatiran yang luar biasa, karena kebetulan team mediknya ini dipimpin oleh seorang dokter muda perempuan. Dengan keterbatasan penguasaan bahasa inggris apalagi Arab, maka ketika harus merujuk jamaah ke rumah sakit, yang terjadi adalah kehebohan komunikasi yang tidak nyambung. Apalagi team medis yang diturunkan adalah yang juga tidak mengenal Makkah dan Madinah sebelumnya. Jadi ketika terjadi team medis kami tersesat, itu adalah fakta yang menyedihkan, karena kami akhirnya menunggu dengan harap-harap cemas.

Apalagi jika kita melihat fasilitas kesehatan yang disiapkan untuk jamaah, betul-betul tidak memadai. Ketika dirawat di gedung dimana kita tinggal sudah tidak memungkinkan, maka pasien akan dirujuk ke sektor, dimana sangat tidak representatif untuk perawatan.
Jika harus di rawat di sektor, dengan keterbatasan team medis yang ada, maka yang terjadi adalah keprihatinan yang amat sangat. Dalam kacamata awam, semua seakan dibiarkan menunggu mukjizat dengan pengobatan seadanya. Kami menemukan pasien-pasien berjejer layaknya di bangsal darurat, dalam pakaian ihrom dan terbuka auratnya karena tidak bisa mengontrol diri dan tidak ada lagi tenaga yang bisa membantu untuk merawat. Persis seperti bangsal darurat untuk penanganan musibah.
Jika harus di rujuk ke rumah sakit di sana, dimana tidak boleh ditunggu, maka yang terjadi, kami seperti mengantarkan pasien ke pengasingan. Asing dari bahasa, asing dari komunikasi, dan yang selalu terjadi maka pasien akan semakin parah, bahkan berujung meninggal dunia.

Hanya istighfar yang bisa kita lakukan, tetapi ini harus dievaluasi, bukan hanya diterima dan dikorelasikan dengan ‘take & give ‘ seseorang terhadap apa yang telah dilakukannya.

Secara kemanusiaan, upaya yang dilakukan pemerintah memang belum maksimal. Jumlah jamaah yang begitu banyak, tidak diperhitungkan dengan konsekuensi yang harus disiapkan, seperti tenaga dan fasilitas medik.
Sebagai pembanding, fasilitas kesehatan untuk sebuah musibah itu bersifat tentatif, maka jamaah haji ini bersifat tetap. Mengapa fasilitas kesehatan yang disiapkan selalu seperti darurat. Kebanyakan pasien yang sakit, adalah memang yang secara fisik dan usia sudah bisa diprediksi pasti akan membutuhkan fasilitas kesehatan itu. Karena diluar kategori itu, memang tidak banyak. Semestinya ini sudah bisa dikorelasikan dengan layanan yang harus disiapkan.

Hal lain, tentunya adalah ketika menentukan pimpinan, baik itu kloter maupun team medik, aspek pengalaman dan leadership jauh lebih penting dari sekedar giliran agar bisa menunauikan ibadah haji. Karena mereka yang tidak punya pengalaman, cenderung akan mengejar kepentingan pribadi, walaupun itu atas nama ibadah. Sementara tugas utamanya dikirim adalah mamang untuk melayani….wallahu alam bi sawab…

Setiap orang sering mematahkan keinginan untuk memberi masukan dengan argumen bahwa inilah ‘masalah haji’ yang bagaikan benang kusut yang sulit diurai. Tetapi, didengar ataupun tidak, menyempurnakan atau menjadi angin lalu, tulisan ini ingin mengurai fakta yang saya rasakan, dari beribu fakta yang yang mungkin juga dialami teman-teman yang lain. Mudah-mudahan anda yang mempunyai akses untuk merubah, bisa memberikan dorongan untuk memberikan perubahan itu…….

Banjarmasin,10 Juni 2009

Mengapa Kau Pergi ??

Mengapa kau pergi ??
Tidak bisakah Kau disini menemaniku ?

Mengapa kau pergi ??
Tidak bisakah kau tetap disisiku ?

Mengapa kau pergi ??
Terlalu pentingkah yang kau cari dibanding aku?

Mengapa kau pergi ??
Sekali lagi…..Mengapa kau pergi ??

Itu adalah pertanyaanmu untukku
Tersirat...tanpa air mata...dalam sorot yang redup
Hanya tatapan matamu dan getar hatimu yang kurasa di nadiku
Sungguh...aku tak kuasa menahannya...

Apakah itu artinya kau begitu kehilanganku ?

Tapi kau tahu ...aku tidak pernah meninggalkanmu
Aku hanya harus menggenapi legenda hidupku
Yang telah dibukakan jalannya oleh Sang Maha

Separuh hidupku ...kutautkan untukmu
Aku rela mengabdikan hidupku untuk kebahagianmu
Kutanggalkan semua yang menjadi kehendakku, keinginanku dan harapanku
Agar kau tersenyum bahagia

Sampai kini pun aku selalu berdoa dan berupaya untuk kebahagiaanmu
Tapi ...telah kuterima kunci syurga-ku
Dia telah mengulurkannya dan aku menyambutnya
Dalam ridhoMu....dan restumu...Insya Allah

Aku harus membuka pintunya
Dan menapaki jalannya
Beribadah di dalamnya
Untuk menggapai syurga-ku

Ibu....maafkan aku harus meninggalkanmu
Ibu ...maafkan aku harus pergi jauh
Di jalan ini aku harus menjalani
Di tempat ini aku harus mengabdi

Tidak mengurangi cintaku padamu
Tidak mengurangi pengabdianku padamu

Kusebut namamu dalam doaku
Kuharap kau pun menyebut namaku di dalam doamu
Hanya pada Allah aku menitipkanmu
Untuk kebaikanmu...dan kunci syurga-mu


Banjarmasin, 22 Maret 2009

La Tahzan…..Again…

Kadang kita tidak bisa menghindari rasa sedih yang amat sangat, untuk alasan yang kita tahu atau bahkan untuk alasan yg tidak kita sadari.
Kesedihan yang mengepung, kadang membuat kita sulit berpikir jernih...

Jika itu terjadi...mungkin saduran syair dari Buku LA TAHZAN Karangan Dr. Sa'id Al-Qorni, bisa membantu kita....

La Tahzan...Jangan bersedih…
Karena qadha’ telah ditetapkan,
Takdir pasti terjadi,
Pena-pena telah mengering,
Lembaran-lembaran catatan ketentuan pun telah dilipat,
Dan semua perkara telah habis ditetapkan.

Betapapun, kesedihan Anda tidak akan mengajukan atau mengundurkan kenyataan yang akan terjadi
Dan tidak pula akan menambahkan atau menguranginya.

La Tahzan...Jangan bersedih....
Sebab kesedihan itu akan mendorong Anda untuk menghentikan putaran roda zaman,
Mengikat matahari agar tak terbit,
Memutar jarum jam kembali ke masa lalu,
Berjalan ke belakang,
Dan membawa air sungai kembali ke sumbernya semula.

La Tahzan...Jangan bersedih....
Sebab rasa sedih itu laksana angin puyuh yang hanya akan mengacaukan arah angin,
Membuat air bah dimana-mana,
Mengubah cuaca langit,
Dan menghancurkan bunga-bunga nan indah di taman.

La Tahzan...Jangan bersedih…
Sebab orang yang bersedih itu ibarat seorang wanita yang mengurai pintalan tenun setelah kuat pintalannya,
Ibarat seorang yang meniup wadah yang berlubang,
Dan ibarat seseorang yang menulis di atas air dengan tangannya.

La Tahzan...Jangan bersedih...
Sebab usia Anda yang sebenarnya adalah kebahagiaan dan ketenangan hati Anda.
Oleh sebab itu; jangan habiskan usia Anda dalam kesedihan,
Jangan boroskan malam-malam Anda dalam kecemasan,
Jangan berikan menit-menit Anda untuk kegundahan,
Dan jangan berlebihan dalam menyia-nyiakan hidup,
Sebab Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berlebihan....

Banjarmasin, 22 Mei 2009

La Tahzan…......

Suatu saat saya mendapatkan undangan pisah sambut dari seorang teman yang memasuki masa pensiun. Entah mengapa, sebagai kenang-kenangan saya ingin menghadiahi beliau sebuah buku, dan pilihannya adalah "La Tahzan"....terus berulang, setiap ada acara perpisahan, tanpa sadar saya selalu memilih buku ini sebagai kenang-kenangan. Padahal belum tentu teman saya itu 'bersedih' dengan kondisi tersebut...
Siapa tahu dia bahagia karena bisa keluar dari rutinitas yang selama ini terjadi.
Siapa tahu dia tersenyum karena akan mempunyai banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang tak pernah bisa dikerjakannya dahulu...

Tapi apapun itu ...saya berharap dia tidak bersedih...."La Tahzan...."

"La Tahzan...Jangan Bersedih"...kalimat ini begitu pendek, tetapi mempunyai kedalaman makna yang tak terkira. Disetiap titik perjalanan, dimana saya menemukan alasan untuk bersedih, maka kalimat ini menjadi obat paling mujarab untuk menghentikan kesedihan tersebut. Minimal tidak berlama-lama untuk tenggelam dalam kesedihan...tapi bukan berarti mencegah dari berurainya air mata, karena airmata menjadi celah untuk mengurangi kesesakan akibat kesedihan, yang akan mengosongkan ruang untuk digantikan dengan sang akal sehat sebagai solusi...

Apakah begitu buruknya sebuah kesedihan ???!!!!

Kesedihan, biar bagaimanapun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan hidup. Merupakan sisi kembar dari kebahagiaan. Sedih dan bahagia adalah masalah persepsi yang tidak mutlak, yang akan menjadi masa lalu dengan berjalannya waktu. Kadang kita merasa begitu sendirian, begitu gundah oleh hal-hal yang jika dinalar dengan akal sehat, sebenarnya mungkin biasa-biasa saja.

Tapi ....didalam kehidupan kadang 'hati kita' juga ingin dibela....diberi porsi keberpihakan...tidak melulu keberpihakan itu untuk akal sehat...
Sesekali kita ingin dibiarkan merasakan kesedihan itu dan diberi kesempatan untuk membuka sekat yang sesak dengan mengalirkan airmata. Dalam kesedihan, kita mampu menilai sebuah kebahagiaan..menghargainya....dan ingin meraihnya..

Jadi ungkapan "La Tahzan...", hanya agar kita tidak berlarut dalam gumpalan kesedihan yang merusak jiwa raga.

Jika pernah merasa bersedih...maka akan menemukan titik balik menuju bahagia...
Jika pernah merasa bersedih...maka bisa memupuk rasa empati terhadap kesedihan yang sama yang mungkin dialami oleh orang lain
Jika pernah merasa bersedih...maka akan bijak menemukan jalan untuk tidak berkubang pada lubang penyebab yang sama..
Jika pernah merasakan bersedih....maka akan merasakan indahnya sebuah senyuman...

Sekali lagi ...La Tahzan....untukku ...untukmu ...untuk semua

Balikpapan, 15 Januari 2009

Kumenangis di pelukanMu.....

Kerinduanku padamu tumpah ruah malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Dan malam ini menjadi begitu mendalam. Hanya bisa kutentramkan dengan memanjatkan doa pada Sang Maha, karena aku tahu, hanya dengan cara inilah aku bisa sedikit lebih tenang. Dan entah mengapa, begitu besar energi untuk menuliskan betapa aku sangat kehilangan dan merindukanmu.

Kehilanganku akan kehadiranmu terasa amat sangat, disaat aku tahu hanya engkaulah yang memiliki kasih sayang tulus itu, untukku tentu saja...
Dan rasa kehilangan itu semakin menyakitkan, ketika aku tahu, saat ini aku tidak bisa memberikan apa yang seharusnya engkau dapatkan. Jarak telah memisahkan kita, waktu telah memutuskan kita. Allah tentukan takdirNya.

Aku selalu harus meyakinkan diriku, yang terbaiklah yang telah Allah pilihkan untuk kehidupanku, termasuk diantaranya ketika aku harus rela kehilanganmu. Orang bijak katakan, rasa kehilangan itu ada jika kita merasa memiliki sesuatu. Padahal kita tidak pernah memiliki sepenuhnya apa yang ada didunia ini, termasuk memilikimu dan kasih sayangmu. Aku selalu mencoba berserah dengan semuanya, karena memang hanya itu yang aku bisa.

Dalam kerinduan yang amat sangat, memori itu terputar kembali. Saat dimana engkaulah manusia tersabar yang aku kenal. Engkaulah yang telah menggenapi hidupku dengan kasih sayang dan ketulusan tanpa banyak pamrih yang kau ucapkan.
Kau tidak punya punya banyak kata untuk diungkapkan, untuk menunjukkan kasih sayangmu. Tapi kau tunjukkan semua dengan ketulusan dan kasih sayangmu. Kau selalu ada ketika aku resah, dan kau pun ikut tertawa saat aku bahagia. Begitu sederhananya apa yang kau berikan, tetapi begitu berartinya yang telah kau tanamkan di dalam kehidupanku.

Ketika Allah memberikan ujian ’kesakitan’ itu, dalam diam mu aku tahu kau menyimpan segudang duka, karena merasa tugasmu belum selesai..
Ketika kau melepasku untuk membuka mahligai baru dalam hidupku, dalam kesakitanmu kau tersenyum lega, seakan terlepas sedikit bebanmu untuk menjagaku sebagai amanahmu. Kau titipkan aku pada orang yang terbaik yang kau percaya...sampai akhirnya kau hembuskan nafas terakhirmu, kembali ke haribaanNya.

Aku pernah begitu kecewa pada Yang Kuasa, karena begitu teganya memanggilmu, disaat hanya hitungan hari aku bisa mempersembahkan ”Sang Toga” untukmu.
Betapa teganya Sang Kuasa, merampas momentum penting itu dariku.
Tetapi ternyata, dalam detik terakhirmu, kau tidak pernah ingin membuatku tambah sedih dan dilema, karena jelas kau tidak akan pernah bisa untuk menyaksikan langsung”Lagu Agung Sang Sarjana” itu didendangkan di Aula Kebanggaan itu.

Kau memilih pergi mendahului semuanya, hanya 8 hari sebelum semua momen kebanggan itu tiba. Tapi kau telah sunggingkan senyuman kebanggaan itu, saat kubisikan, aku telah tunaikan apa yang menjadi harapannya, dan aku pun hanya bisa memelukmu untuk yang terakhir kalinya.
Betapa aku hanya bisa terdiam, mencoba memahami apa yang terjadi, dalam kedukaan yang amat sangat. Kau tidak ingin membebani dan tidak ingin membuatku selalu ada dalam kebimbangan. Saat aku harus mengikuti legenda hidupku yang telah kau restui, kau tidak ingin aku begitu berat harus meninggalkanmu, maka kau memilih pergi mendahului semuanya....

Ya Allah, di Arsy sana, perjanjian kehidupan untuknya telah diukir sebelumnya.
Dan satu kata yang menjadi simbolnya adalah ’kasih sayang dan kesabaran...itu yang diberikannya untukku
Dan Ya Allah....sungguh.... ijinkan aku merasa kehilangannya, yang berarti ijinkan aku merasa memilikinya... sepanjang masa...sepanjang usiaku.
Ijinkan aku menumpahkan kerinduan terhadapnya dengan doa
Dan ijinkan butiran airmata ini mengalir, untuk melepaskan kerinduan yang amat sangat
Karena jika saja Kau ijinkan sekali saja...
Aku ingin menumpahkan tangisku dipelukannya...

Ketika hanya pusara yang ditinggalkan
Maka ijinkan aku untuk bisa selalu datang dan berdoa di atas pusara-nya

Aku selalu mencintaimu dan mengenangmu dalam setiap untaian doaku
Bapak....semoga kau ditempatkan di haribaanNya bersama orang-orang yang dicintaiNya
Amin

Ketika Dia Memanggil.......

Umur, jodoh dan kematian setiap insan menjadi hak preoregatif Allah dalam menentukannya…menjadi rahasia, walaupun sebenarnya kepastiannya sudah jelas dan tercatat. Hanya saja kita sebagai umat tidak pernah tahu, kapan itu terjadi...

Mendampingi dan menyaksikan sebuah kehilangan, apalagi kehilangan seorang anak, terasa memilukan dan menyayat hati. Itulah yang kurasakan ketika menyaksikan kedukaan yang dalam yang dirasakan ibu mertuaku. Kehilangan anak, setelah 40 tahun kebersamaannya, setelah sebelumnya juga harus dipisahkan dari anak yang lain di usia yang kurang lebih sama.

Terlihat dalam kedukaan itu pertanyaan manusiawi, mengapa harus yang muda yang dahulu dipanggil ke haribaanNya... sekali lagi itulah rahasia Allah. Tetapi Allah mempunyai skenario lain, tidak mungkin selalu pas dengan keinginan dan harapan umatnya.

Betapa kehilangan seorang anak bagi orang tua adalah kehilangan kenangan sepanjang usia sang anak…
Sebuah kematian apapun dan bagaimanapun tetap menyisakan torehan duka yang begitu mendalam, yang perlu waktu sepanjang hayat untuk menguraikan kedukaan itu. Apalagi hubungan ibu dan anak.

Tanpa terasa airmata menetes, tidak hanya hanya karena kedukaan itu.
Terbayang di pelupuk mata, wajah kedua anakku.
Berhitung di benakku, betapa belum optimalnya kasih sayang dan kebersamaan dengan mereka.
Selalu harus ada jeda atas nama berbagai hal…..
Semakin menganga jurang rasa bersalah, dan sejuta rencana untuk selalu hadir bersama mereka.

Hal menakjubkan ternyata kudapatkan dari anak-anak. Mereka yang kadang masih kuanggap sebagai bayi kecil mungilku, mempunyai pemikiran lebih dewasa dan mandiri.
Bahwa kualitas kebersamaan bukan hanya dari waktu bersamanya. Mereka begitu antusias terhadap berbagai hal yang aku kerjakan, termasuk berbagai hal yang membuat jeda dari kebersamaan kami.

Ketika hati ini di klik untuk bersatu...
Ketika niat tulus untuk berkarya…
Ketika keikhlasan sudah ditasbihkan…
Seberapapun besarnya gunung batu yang menjadi sandungan...
Seberapapun tingginya ombak cobaan dan godaan...
Semoga Allah selalu melindungi kebersamaan kami...

Ya Allah….Seandainya hambaMu boleh memohon….

Berilah kebersamaan yang barokah dalam keluarga ini..

Barokah dalam segala halnya, baik untuk kami bersama maupun untuk orang-orang di sekitar kami.

Ya Allah, betapa masih banyaknya kekurangan hambaMu ini…

Sempurnakanlah dengan Kasih SayangMu, dengan bimbinganMu….

Amin

Banjarmasin, 5 Februari 2009

Kasih Sepanjang galah…Benarkah ?

Hari ini judulnya prihatin...dari pagi perasaan ini diaduk-aduk oleh rasa simpati ...empati dan lebih tepatnya prihatin....
Dimulai pagi-pagi, menjenguk teman yang terbaring tak berdaya karena harus melakukan operasi pengangkatan tumor di payudara...Subhanallah.

Dia keliahtan begitu pucat...setelah tiga tahun membiarkan saja benjolan itu menjadi rahasia pribadinya, akhirnya dia mengalah pada rasa sakit yang tidak tertahankan.
Yang menghalangi dia untuk berpikir medis rasional adalah 'syak wasangka'.....pertama, prasangka bahwa dia tidak akan sempurna lagi...kedua ...prasangka lanjutan adalah akan ditinggalkan oleh suami...prasangka berikutnya adalah jika benjolan itu ternyata berujung dengan keganasan...maka vonis kanker adalah hal selanjutnya yang sangat menghantuinya....

Sempat hampir keluar protes dari mulut ini...tapi tidak jadi. Setiap manusia diciptakan dengan 'kekuatan' nya masing-masing. Walaupun sebenarnya itu tidak perlu terjadi, tetapi dalam rangka empati, protes itu menjadi tidak penting lagi.

Betapa memprihatinkannya, jika kita sebagai wanita ternyata harus selalu bergantung pada 'faktor syak wasangka' dalam hubungannya dengan pria (suami).... Betapa menyedihkannya ketika suatu hubungan hanya dinilai dari asesorisnya, bukan dari komitmen. Tetapi apa mau dikata, dibalik hal-hal ideal 'seharusnya', kenyataannya memang banyak sekali sebuah hubungan diikat hanya dari asesoris....'kecantikan / ketampanan', kesempuranaan...ukuran-ukuran..ke-machoan, kekayaan, dll. Meski banyak juga yang mengikat dengan komitmen ketulusan.....Ada kok..Bisa kok...Insya Allah jika ada ketulusan & keikhlasan...

Maka pagi itu...diisi dengan keprihatinan yang berlipat...terhadap sakitnya...juga terhadap penilaian 'komitmen' yang begitu rapuh....duh...

Keprihatinan itu berlanjut...karena harus segera ke bandara, menjemput teman yang harus menghadiri pemakaman Ayahnya .....teman ini tinggal di Balikpapan, dan karena penerbangan hanya ada satu kali dengan schedule 'tempo'...(tempo-tempo jam 2...tempo berikutnya jam 4...plus delay.....), maka diputuskan penerbangan via surabaya...yang ternyata juga pake delay...

Penguburan yang direncanakan ba'da dzuhur...ditunda sampai kedatangan teman saya itu...tepatnya jam 3 sore. Jenazah sudah berada di bibir liang lahat, ketika kami sampai, karena memang hanya tinggal menunggu kami...

Betapa mengharukan momen itu....dalam keterbatasan...di akhir hayat sang ayah...hanya diberi kesempatan untuk menatap sedikit wajahnya dibibir liang lahat....Ya Allah begitu sesaknya dada ini....

Momen ini memberikan ruang untuk meneropong ke dalam kehidupan saya (kami...sekeluarga) juga.
Kami yang merantau..tanpa sanak saudara....
Nun jauh di sana Ibu saya sendiri menjalani kehidupannya...juga Ibu mertua...
Betapa jauhnya perjalanan kehidupan ini....betapa momen hari ini begitu menyentuh di hati, mengingatkan jika hal ini terjadi pada keluarga kami....
Semoga Allah memberikan kemudahan, sehingga bisa diberikan kesempatan yang terbaik dalam setiap momen kehidupan ini....

Ibunda kami tidak ada satupun yang bersedia ikut bersama anak-anaknya. Beliau begitu menikmati kehidupan pribadinya di rumah pribadinya.....
Dan kami anak-anaknya...akan menjenguk beliau 'sesempatnya'....sempat waktunya...
sempat rejekinya...sempat segalanya.....menyedihkan, tapi itulah kenyataannya....

Ya Allah...tidak ada maksud hati ...mencintai orang tua hanya sepenggal galah...
Cinta kami pun pada mereka ...Sepanjang Hayat...
Tetapi 'perjalanan hidup' ini ...yang menjadi pilihan ini...yang Insya Allah Engkau ridhoi ....
Mengharuskan kami seperti ini...

Tetapi dalam keterbatasan ini...kami hanya bisa titipkan cinta dan kasih pada orang tua kami...hanya padaMu Ya Allah...

Hanya kepadaMu tempat kembali segala apa yang ada di bumi ini
Hanya Kuasa Cinta & Kasih Sayang-Mu lah yang menjadikan kami saling menyayangi satu sama lain...sampai akhir hayat....

Amin..........

Banjarmasin, 20 Nov 2008

Ijinkan Aku Untuk Merasa Kehilanganmu..

Kerinduanku padamu tumpah ruah malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Dan malam ini menjadi begitu mendalam. Hanya bisa kutentramkan dengan memanjatkan doa pada Sang Maha, karena aku tahu, hanya dengan cara inilah aku bisa sedikit lebih tenang. Dan entah mengapa, begitu besar energi untuk menuliskan betapa aku sangat kehilangan dan merindukanmu.

Kehilanganku akan kehadiranmu terasa amat sangat, diantara kehilangan-kehilangan lain yang kadang aku rasakan.
Dan rasa kehilangan itu semakin menyakitkan, ketika aku tahu, saat ini aku tidak bisa memberikan apa yang seharusnya engkau dapatkan. Jarak telah memisahkan kita, waktu telah memutuskan kita. Allah telah tentukan takdirNya.

Aku selalu harus meyakinkan diriku, yang terbaiklah yang telah Allah pilihkan untuk kehidupanku, termasuk diantaranya ketika aku harus rela kehilanganmu. Orang bijak katakan, rasa kehilangan itu ada jika kita merasa memiliki sesuatu. Padahal kita tidak pernah memiliki sepenuhnya apa yang ada didunia ini, termasuk memilikimu dan kasih sayangmu. Aku selalu mencoba berserah dengan semuanya, karena memang hanya itu yang aku bisa.

Dalam kerinduan yang amat sangat, memori itu terputar kembali. Saat dimana engkaulah manusia tersabar yang aku kenal. Engkaulah yang telah menggenapi hidupku dengan kasih sayang dan ketulusan tanpa banyak pamrih yang kau ucapkan.
Kau tidak punya punya banyak kata untuk diungkapkan, untuk menunjukkan kasih sayangmu.
Tapi kau tunjukkan semua dengan ketulusan dan kasih sayangmu. Kau selalu ada ketika aku resah, dan kau pun ikut tertawa saat aku bahagia.
Begitu sederhananya apa yang kau berikan, tetapi begitu berartinya yang telah kau tanamkan di dalam kehidupanku.

Ketika Allah memberikan ujian ’kesakitan’ itu, dalam diam-mu aku tahu kau menyimpan segudang duka, karena merasa tugasmu belum selesai..
Ketika kau melepasku untuk membuka mahligai baru dalam hidupku, dalam kesakitanmu kau tersenyum lega, seakan terlepas sedikit bebanmu untuk menjagaku sebagai amanahmu.
Kau titipkan aku pada orang yang terbaik yang kau percaya...sampai akhirnya kau hembuskan nafas terakhirmu, kembali ke haribaanNya.

Aku pernah begitu kecewa pada Yang Kuasa, karena begitu teganya memanggilmu, disaat hanya hitungan hari aku bisa mempersembahkan ”Sang Toga” untukmu.
Betapa teganya Sang Kuasa, merampas momentum penting itu dariku.
Tetapi ternyata, dalam detik terakhirmu, kau tidak pernah ingin membuatku tambah sedih dan dilema, karena jelas kau tidak akan pernah bisa untuk menyaksikan langsung”Lagu Agung Sang Sarjana” itu didendangkan di Aula Kebanggaan itu.

Kau memilih pergi mendahului semuanya, hanya 8 hari sebelum semua momen kebanggan itu tiba. Tapi kau telah sunggingkan senyuman kebanggaan itu, saat kubisikan, aku telah tunaikan apa yang menjadi harapanmu, dan aku pun hanya bisa memelukmu untuk yang terakhir kalinya.
Betapa aku hanya bisa terdiam, mencoba memahami apa yang terjadi, dalam kedukaan yang amat sangat.
Kau tidak ingin membebani dan tidak ingin membuatku selalu ada dalam kebimbangan. Saat aku harus mengikuti legenda hidupku yang telah kau restui, kau tidak ingin aku begitu berat harus meninggalkanmu, maka kau memilih pergi mendahului semuanya....

Ya Allah, di Arsy sana, perjanjian kehidupan untuknya telah diukir sebelumnya.
Dan satu kata yang menjadi simbolnya adalah ’kasih sayang dan kesabaran...itu yang diberikannya untukku
Dan Ya Allah....sungguh.... ijinkan aku merasa kehilangannya, yang berarti ijinkan aku merasa memilikinya... sepanjang masa...sepanjang usiaku.
Ijinkan aku menumpahkan kerinduan terhadapnya dengan doa
Dan ijinkan butiran airmata ini mengalir, untuk melepaskan kerinduan yang amat sangat
Karena jika saja Kau ijinkan sekali saja...
Aku ingin menumpahkan tangisku dipelukannya...

Ketika hanya pusara yang ditinggalkan
Maka ijinkan aku untuk bisa selalu datang dan berdoa di atas pusara-nya

Aku selalu mencintaimu dan mengenangmu dalam setiap untaian doaku

Bapak....semoga kau ditempatkan di haribaanNya bersama orang-orang yang dicintaiNya
Amin....

(Banjarmasin, 20 April 2009 - dalam kerinduan yang amat sangat

Jika Kutitipkan Hatiku, Seberapa BEsar Cinta Kau Berikan ??!!

Jika hatiku tergerak untuk menitipkan aspirasiku padamu..
Seberapa besar, cinta dan perhatian yang bisa kau berikan?
Aku sudah terlalu lelah dengan semua janji manis yang lalu
Akankah KAU juga akan seperti itu ???!!!

Hari ini entah mengapa...
Aku merasa, aku harus menitipkan hatiku, aspirasiku.....
Karena aku mencintai negeri ini.....
Dan....mencintai berarti harus turut mengambil peran
Pada sebuah keputusan besar yang akan membawa gerbong ini ke depannya
Sekecil apapun peranku...itu menjadi noktah kecil yang akan menggenapi hasil dan keputusannya

Jika pun KAU menjadi pilihan
diantara beribu kesangsian...
Mau kah KAU amanah menjaga titipanku ??!!

Jika pun saat ini ...
KAU belum sempurna untuk dititipi amanah
Mau kah KAU segera belajar...cepat belajar... untuk menjunjung amanahmu??!!

Tetapi lebih daripada itu....belajar saja tidak cukup...
Beranikah KAU berjanji dan menepatinya...
Untuk memberikan porsi terbesar cintamu, pikiranmu, tenagamu untuk amanahmu itu ?

KAU patut takut dan menangis..
jika ternyata KAU ingkar....
Karena sebesar biji zarah pun KAU selewengkan amanahmu
Itu akan jadi bebanmu di akhirat kelak
Dan KAU tahu...
Bahkan dunia pun sudah tak ramah lagi dengan keingkaran jika itu KAU lakukan

Ketika hatiku tergerak, untuk mencari KAU
Ini sangat sulit sekali.......
Ibarat mencari jarum dalam sekam
Diantara sejuta janji,
Sejuta kebohongan
Sejuta sandiwara
Sejuta kekosongan
Juga sejuta kemunafikan

Tetapi Insya Allah akan kutemukan dirimu
Untuk kutitipkan HATIKU.........


(Gerakan Anti Golput & Cinta Negara : Mode On)

PRaya, dinihari di 18 Maret

Euphoria Politik…Sebuah Pesan......

Lagi seneng mengamati kehebohan perpolitikan...gak tahu karena pengaruh 'terpilihnya Obama' atau memang suasana 'per-balihoan' juga p'er-spanduk-an' di sepanjang jalan di sepanjang lorong ...yang menyebarkan aroma ini.

Sejak diputuskan masa kampanye selama 9 bulan, dengung dan gairah politik di berbagai daerah semakin terasa, juga disini, bisa dipastikan bagaimana meriahnya hajatan demokrasi kita tersebut. Coba bayangkan....tiba-tiba dalam iklan lowongan pekerjaan, terselip iklan lowongan menjadi Calon Legislatif untuk berbagai tingkatan, lengkap dengan syarat-syarat persis seperti sebuah perusahaan membuka lowongan pekerjaan. Dan mendadak semua orang ingin menjadi politisi, termasuk teman dan kenalan saya. Begitu antusiasnya mereka, begitu bersemangatnya, sampai-sampai kita sulit membedakan antara ngobrol biasa dan persiapan pidato kampanye nanti. Coba kita tengok, berbagai latar belakang keinginan mereka untuk menjadi politisi, dari yang sangat idealis, sampai yang coba-coba.

“Saya ingin memperjuangkan nasib rakyat…..kalau bisa nantinya saya ingin menjadi kepala daerah, untuk rakyat…sekali lagi untuk rakyat…”

“Saya adalah aktivis, sejak dulu saya berjuang untuk kepentingan rakyat, saat ini saya ingin berjuang di tingkat forum yang benar….saya punya basis masa yang jelas, jadi saya yakin akan terpilih, karena perjuangan saya selama ini demi rakyat….”

“Saya punya background politik yang kuat, karena partai yang akan mengusung saya, sudah seperti partai keluarga, jadi saya yakin pasti bisa….apalagi saya dapat nomor jadi”

“Sekarang saatnya generasi muda, setelah kakek, ayah, om dan tante saya, sekarang giliran saya….saatnya saya meneruskan perjuangan mereka…”

“Saya sudah mencoba melamar pekerjaan selalu gagal, siapa tahu masuk ke partai politik bisa mengubah nasib…mengubah segalanya…Hmmmmmm siapa tahu kan???”

“Yah daripada nganggur, lumayan ijazah S1 saya bisa dimanfaatkan, siapa tahu beruntung………..”

“Saya sudah lama mendampingi pasangan saya sebagai politisi, sekarang giliran saya untuk maju, siapa tahu salah satu dari kita bisa masuk, atau kedua-duanya…siapa tahu kan ??”

“Yah…coba-coba aja lah…susah dapat kerjaan sih”

‘Psssst….tahu gak, pada saat awal pendaftaran, saya daftar ke beberapa partai, habis banyak yang nawarin sih….dan ternyata yang lolos adalah di partai ini…….lumayanlah…tinggal nunggu urutan…doakan yah….”

Dst..dst…

Bahwa semua orang menjadi sangat antusias, mudah-mudahan merupakan gambaran demokrasi di Indonesia menunjukan tingkat yang lebih baik. Fakta bahwa ada banyak latar belakang dan semangat yang berbeda, tentu saja ini dikembalikan kepada nurani masing-masing, juga kepada kedewasaan dari rakyat yang akan menjadikan mereka sebagai pilihan.

Kita semua tahu, tidak mudah untuk terjun ke kancah politik, semua ada ‘ongkos’nya,. Ongkos itu bisa berupa material maupun immaterial seperti basis dukungan yang jelas, mesin organisasi partai politik yang tersinergi dengan baik. Karena itu, tentu saja diperlukan sikap mental yang sudah teruji untuk bisa terjun ke dalamnya.

“Rule of politica’ atau aturan main politik, tidak akan sama seperti hitungan matematika, yang bisa terbaca jelas apa hasilnya. Istilah terkenal yang disebut “tidak ada lawan ataupun kawan yang abadi dalam politik, tapi yang ada adalah kepentingan abadi” .....dalam kenyataannya akan dianggap sebagai sebuah dinamika politik bagi para politisi ulung.

Tetapi kenyataan tersebut bisa menjadi sebuah kekecewaan, bahkan ‘bom mental yang dahsyat’ bagi mereka yang tidak siap. Karena itu, ketika kesiapan yang ada hanyalah coba-coba, atau melihat indahnya dunia politik seperti fatamorgana, terlihat indah di kejauhan.....maka kekecewaan karena ketidaksesuaian menjadi sebuah kekhawatiran tentu saja.

Hal tersebut di atas masih dalam tataran ‘dampak’ terhadap pribadi politisinya, belum lagi jika bicara kualitas keterwakilan rakyatnya. Amanah yang diberikan adalah sebuah tanggung jawab yang akan dituntut di kemudian hari. Ketika amanah itu dilaksanakan sembarangan, maka kekecewaan ekternal dari rakyat, akan menjadi bumerang.

Tapi bukan berarti ada pembatasan terhadap siapa yang berhak terjun ke dunia politik. Sesuai Undang-undang yang berlaku, setiap warga negara yang memenuhi ketentuan, berhak untuk terjun ke dunia politik. Karenanya 'niat awal' sebenarnya menjadi tidak masalah jika seseorang cepat belajar dan amanah.

Cepat belajar menjadi keniscayaan, tapi tentu saja belajar politik yang positif, belajar memahami apa tanggungjawab, khususnya kepada rakyat yang diwakili. Amanah tentu saja menjadi tuntutan yang paling utama. Karena ketika seseorang, berdiri sebagai pemimpin atau orang yang mewakili makmum/rakyat dibelakangnya, maka kepentingan pribadi harus menjadi lebur beserta kepentingan rakyat. Rakyat yang riil, bukan hanya segolongan rakyat dalam kelompoknya. Parameter ukurnya adalah norma, bukan hanya aturan golongan…..

Ini tidak mudah….

Tapi …Selamat berjuang Teman….

Semoga hati nurani-mu akan selalu mengingatkan…

Masih ada surga abadi yang menantimu…..

Sehingga kau akan selalu Amanah dalam setiap langkah dan ucapanmu……

(……Wakil rakyat, seharusnya merakyat…

Jangan tidur saat ngomong soal rakyat…..dst…dst ..by Iwan Fals…)

Banjarmasin, Maret 2009

Dari Hati Yang Paling Dalam…

Ketika pintu mahligai ini dibuka
Dengan kunci janji dan ikrar suci
Saat itu juga langkah pertama dari niat telah diurai
Undakan demi undakan telah didaki
Sembari merentangkan hati berharap ridho

Walau tidak ada keriaan taburan kata
Tak ada balutan romantisme bak kembang api
Tapi terus kita ikatkan tautan ini dalam kesederhanaan janji yang kita punya

Amanah yang menjadi harta tak terkira
Bagai mutiara dan bunga
Menempatkan kita berdua
Di kursi mahligai surga

Tingginya lautan gelombang
Terasa hanya bagai belaian angin
Besarnya duri penghalang
Menjadi bunga dalam uraian ikrar

Tak banyak yang bisa terucap
Hanya berharap...
Cinta yang berdetak di nadiku...apakah sampai di detakmu...

Banjarmasin, 7 Februari 2009

Dan aku pun katakan….aku baik-baik saja…

lewat beberapa menit dari titik pergantian malam, di belahan bumi dimana aku berpijak, dimana ruangan yang mengungkungku tak bermandikan purnama. tak ada celah untuk memandang keindahan maha karyamu. yang ada hanya kebisingan dari lomba knalpot di jalanan yang melaju seakan tak bertuhan, membangunkan aku dari kelelapan sesaat.

dalam kesendirian aku bisa mengurai makna, betapa kesakitan adalah gambaran rahman. kepedihan adalah ungkapan rahim. maka sejenak aku rehat dalam dekapanmu. mencoba menelusuri hikmah yang engkau kirimkan. semua kesakitan ini, semua kelelahan ini, adalah cinta seutuhnya untukku. dan kuterima dengan keikhlasan.

kau rehatkan aku sejenak. dan kau bangunkan di pergantian malam untuk kau tunjukkan banyak hal kepadaku. bahwa kesakitan hanya selimut cintamu untukku. bahwa kenyataan tak sesulit yang aku rasakan. bahwa aku diminta untuk menyambut hari ini dengan tersenyum.

kau tunjukkan semuanya. kau ingin aku tahu jawaban dari seribu pertanyaanku untukmu. kau berikan jawaban di saat aku sudah begitu terlalu lelah dalam memaknai apa yang ingin kau sampaikan untukku. kau cegah aku dari keberputusasaan. kau hindarkan aku dari prasangka buruk. kau berikan dosis kesakitan yang tepat dan obat yang mujarab, sesuai dengan batas kemampuan yang dapat kutakar. kau dorong aku untuk katakan pada dunia....aku baik-baik saja.

dan aku pun tersenyum karena kau akan selamanya mendekapku dalam rahman dan rahim mu.
senyumku malam ini adalah yang terindah yang aku punya. karena aku akan memilikimu selamanya dalam hidupku dan dalam hatiku. tak akan lekang oleh waktu dan tak akan tergantikan oleh apapun. karena kau segalanya....

........dan whitney houston pun mengakhiri one moment in time .....
........dan bette midler memberikan the rose ....yang begitu indah untukku...
........dan aku pun memberikan ...senyum terindah yang aku punya.....

Balikpapan, 9 Juni 2009...

Cintaku Tak Akan Pernah Usai.......

Cintaku tak kan usai, seberapa pun jauhnya jarak memisahkan, seberapa pun panjangnya waktu yang terbentang...

Karena cinta ini murni dititipkan Allah kepadaku, untuk kujaga sebagai amanahku. Kusanggupi dengan suka cita, kuterima dengan keikhlasan, dan menjadi piala terbesar dalam perjuangan hidupku..
Tidak mudah menjaga cinta ini, tapi tidak akan pernah menjadi bebanku.
Nyalanya bahkan menjadi pelitaku, disaat kegelapan duka menghimpitku.
Hangatnya menjadikan semua kebahagiaan yang kurasakan terasa lebih sempurna.

Sekali lagi cinta ini tak akan pernah usai...sampai aku menghadap Sang Khalik nantinya.

Teteh dan Aa, kalianlah cinta itu...yang tak kan usai sampai titik akhirku.
Sejak aku dipercaya oleh Sang Maha, dan sejak cinta ini dipatrikan dalam hati, maka sekuat tenaga aku akan menjaga amanahku. Kalian adalah segalanya, setelah Sang Maha, Allah SWT dan junjungan Rasulullah.

Aku tidak pernah ingin lagi mengharapkan dan mempertanyakan cinta-cinta yang lain, karena aku tidak siap dengan apa yang yang menjadi jawabannya.
Sudah cukup bagiku cinta yang sudah dihembuskan dalam hatiku.... untuk kalian, sebagai gambaran cinta yang Allah berikan kepadaku...
Bahkan aku pun tidak ingin mempertanyakan Cinta kalian kepadaku, karena aku tidak inginkan Cintaku menjadi hal yang menyiksa untuk kalian. Biarkan hati kalian yang membisikan, seberapa besar cinta kalian akan dicurahkan untukku.

Teteh dan Aa, terimakasih karena kita telah menjadi team yang kompak, kita telah bisa berbagi peran dengan keikhlasan, kedewasaan...yang bahkan aku sendiri takjub dengan semuanya.
Kita tidak akan pernah merasa kehilangan, karena kita tahu kita selalu bersama, walau kadang ada jarak dan waktu yang memisahkan. Semua dari kita sadar akan cita-cita kita bersama....agar hidup kita bisa memberikan kebarokahan pada orang di sekitar kita. Dan semua itu perlu pengorbanan dari masing-masing kita, dan kita telah bersepakat untuk itu. Terimakasih untuk kedewasaan yang kalian tunjukkan, untuk support yang kalian berikan, dan senyum yang selalu kailan sunggingkan. Semua itu menjadi obat lelahku, menjadi spirit tak ternilai untuk hidupku.

Teteh dan Aa, menjadi apapun kalian, bersama siapapun kalian nantinya, aku akan menerima dengan keikhlasan dan kecintaan yang tidak akan berubah. Ketika kalian ingin menjadi seseorang, bekerja keraslah, bukan untuk kebahagiaan kami orang tuamu, tetapi untuk melengkapi kehidupan dan tanggungjawabmu pada Tuhan. Insya Allah, jika kalian tetap berada dalam jalan yang diridhoi Allah, maka kami pun akan terbiaskan oleh kebahagiaan dan kebarokahan itu sendiri.

Teteh dan Aa....kita tidak mempunyai harta berlimpah, tetapi marilah kita syukuri dengan tetap berupaya untuk menjadi pintu rejeki bagi orang-orang yang memerlukannya.
Tak banyak yang bisa kuberikan untuk kalian, dan yang terbesar yang aku punya adalah Cintaku yang tak akan pernah usai ini...

Di dalam doaku, selalu kusebut nama kalian...

Aku menginginkan kalian menjadi manusia yang kuat dalam menjalani undakan kehidupan kalian.
Bukan kemudahan yang aku pinta dalam doaku, karena aku tahu hidup memang tidak mudah.
Yang aku pinta adalah kemampuan dan kekuatan kalian dalam menjalani dan mengatasi hidup kalian.

Bukan kesempurnaan yang aku pinta dalam doaku, karena manusia memang tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan hanya akan mengikat kalian dalam sangkar yang menyiksa.
Dan kesempurnaan hanyalah milik Sang Maha.

Tapi marilah kita belajar dan selalu berupaya berjalan ke arah kesempurnaan.
Dengan cara apapun yang kalian pilih...berjalan ataupun berlari....
Dan percayalah...doa dan cintaku akan menjadi bekalnya...
Cintaku yang Tak Akan Pernah Usai.....sampai akhirku kelak....


Balikpapan, 3 April 2009

Untuk buah hatiku :
Teteh - Fairuz Ghina Mardhiyah & Aa - M. Syafiq Fawwaz.....I Miss U all.........

Amang Icang …Itu Namanya..

Malam ini gelap gulita lagi...bukan..bukan karena peduli bumi, ini karena gangguan PLN, katanya sih gangguan PLTU, entah apalagi. Tapi daripada cape teriak dan memaki, diputuskan menunggu dengan sabar aja. Sambil berpelukan bertiga, dengan teteh dan Aa, soalnya Bapaknya lagi tugas ke luar kota. Lamat-lamat terdengar roda itu lagi, dan dalam kegelapan dan kesunyian, deraknya jelas terdengar.

Itu roda gerobaknya Amang Icang. Begitulah kami memanggilnya. Dia mengangkut sampah warga RT kami, dari rumah ke rumah untuk diangkut ke TPS.

Sampai hari ini kami tidak pernah tahu, siapa sebenarnya nama Amang Icang. Sejak 14 tahun yang lalu aku menginjakan kaki di bumi Antasari ini sampai sekarang, dia tidak berubah. Tidak berubah profesinya, tidak berubah gaya kerjanya, dan mungkin juga tidak terlalu berubah, apa yg diterimanya sebagai imbalan. Kalau toh ada kenaikan dari iuran itu, tidak seberapa dengan meningkatnya kebutuhan hidupnya.

Amang Icang, bukan warga kami. Dia tinggal jauh, di kampung gambut sana. Dengan mengayuh sepeda, dia harus menempuh belasan kilometer menuju tempat kami untuk menunaikan tugasnya, dan menggantungkan harapan rejekinya. 3 kali seminggu dia lakukan itu...yang aku tahu, sekali lagi tidak pernah berubah sejak 14 tahun yang lalu aku mengenalnya. Bahkan aku tahu dia jauh lebih lama lagi mengabdikan diri di karirnya ini.

Beberapa kesempatan, ketika harus pulang agak larut, karena pekerjaan di kantor, ak menyaksikan, tubuh kecilnya terengah-engah menarik beban gerobak sampah itu...menuju TPS. Duh Gusti Allah, tanpa terasa berlinang airmata ini. Betapa beratnya hidup bagi seorang Amang Icang. Sampai kapan dia akan bertahan dengan profesi yang mengandalkan kekuatan ototnya? Akankah sampai seperti Kakek di belakangnya, yang juga terengah-engah menarik beban gerobaknya. Akankah sampai setua itu... Tetapi tidak ada hal lain yang dapat dilakukannya, kecuali mengambil upah serabutan untuk bersih-bersih dan bertukang. Dan jika musim tanam atau panen tiba, maka ada tambahan pekerjaan, jika ada yang memintanya.

Amang Icang sudah tidak punya lahan pertanian lagi. Padi yang mengisi lumbungnya adalah padi bagi hasil dari sang pemilik sawah, atau merupakan upah dari pekerjaannya menanam dan memanen. Dia tidak punya banyak dalam hidupnya, tapi dia konsisten dengan apa yang dikerjakannya. Entah karena begitu cintanya, atau tidak ada kesempatan untuk mencoba yang lain.

Amang Icang tidak mempunyai jaminan kesehatan, jika dia tiba-tiba sakit. Kecuali mengandalkan kartu jamkeskin, yang dia malas untuk mengurusnya.Amang Icang pun menggelengkan kepala, tanda tidak berdaya, jika ditanya soal anak istrinya. Dia tahu pada kekuatan ototnya lah mereka bergantung. Pada kesehatannya lah mereka mengharapkan bulir-bulir rejeki yang telah disiapkan Allah untuk mereka.

Amang Icang, si kakek dan teman senasibnya, bukan termasuk 'pasukan kuning' yang tercatat di pemerintah kota. Yang dalam keterbatasannya masih memiliki asuransi jaminan kecelakaan yang ditanggung oleh pihak pemko.

Ada yang harus diperbaiki, ada yang harus dibicarakan. Atas nama kemanusiaan, atas nama hak layak yang mungkin seharusnya diterima mereka. Sepatutnya kami warga satu RT harus memikirkannya, bahkan mungkin pemerintah seharusnya...

Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada Amang Icang dan teman-temannya. Dan bukakanlah rejeki untuknya, dari pintu-pintuMu. Semoga kami diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu pintuMu, lapangkanlah dada ini, juga dada dan pintu rejeki warga yang lainnya, agar kami bisa berbagi, karena sesungguhnya rejeki itu semata-mata hanya titipanMu. Mudahkanlah Ya Allah... Amin...

(Gelap sekali...emergency lamp dah drop...batere pun semakin low...)

Pertama diterbitkan@my fb, di Banjarmasin, 29 Maret 2009