Lagi seneng mengamati kehebohan perpolitikan...gak tahu karena pengaruh 'terpilihnya Obama' atau memang suasana 'per-balihoan' juga p'er-spanduk-an' di sepanjang jalan di sepanjang lorong ...yang menyebarkan aroma ini.
Sejak diputuskan masa kampanye selama 9 bulan, dengung dan gairah politik di berbagai daerah semakin terasa, juga disini, bisa dipastikan bagaimana meriahnya hajatan demokrasi kita tersebut. Coba bayangkan....tiba-tiba dalam iklan lowongan pekerjaan, terselip iklan lowongan menjadi Calon Legislatif untuk berbagai tingkatan, lengkap dengan syarat-syarat persis seperti sebuah perusahaan membuka lowongan pekerjaan. Dan mendadak semua orang ingin menjadi politisi, termasuk teman dan kenalan saya. Begitu antusiasnya mereka, begitu bersemangatnya, sampai-sampai kita sulit membedakan antara ngobrol biasa dan persiapan pidato kampanye nanti. Coba kita tengok, berbagai latar belakang keinginan mereka untuk menjadi politisi, dari yang sangat idealis, sampai yang coba-coba.
“Saya ingin memperjuangkan nasib rakyat…..kalau bisa nantinya saya ingin menjadi kepala daerah, untuk rakyat…sekali lagi untuk rakyat…”
“Saya adalah aktivis, sejak dulu saya berjuang untuk kepentingan rakyat, saat ini saya ingin berjuang di tingkat forum yang benar….saya punya basis masa yang jelas, jadi saya yakin akan terpilih, karena perjuangan saya selama ini demi rakyat….”
“Saya punya background politik yang kuat, karena partai yang akan mengusung saya, sudah seperti partai keluarga, jadi saya yakin pasti bisa….apalagi saya dapat nomor jadi”
“Sekarang saatnya generasi muda, setelah kakek, ayah, om dan tante saya, sekarang giliran saya….saatnya saya meneruskan perjuangan mereka…”
“Saya sudah mencoba melamar pekerjaan selalu gagal, siapa tahu masuk ke partai politik bisa mengubah nasib…mengubah segalanya…Hmmmmmm siapa tahu kan???”
“Yah daripada nganggur, lumayan ijazah S1 saya bisa dimanfaatkan, siapa tahu beruntung………..”
“Saya sudah lama mendampingi pasangan saya sebagai politisi, sekarang giliran saya untuk maju, siapa tahu salah satu dari kita bisa masuk, atau kedua-duanya…siapa tahu kan ??”
“Yah…coba-coba aja lah…susah dapat kerjaan sih”
‘Psssst….tahu gak, pada saat awal pendaftaran, saya daftar ke beberapa partai, habis banyak yang nawarin sih….dan ternyata yang lolos adalah di partai ini…….lumayanlah…tinggal nunggu urutan…doakan yah….”
Dst..dst…
Bahwa semua orang menjadi sangat antusias, mudah-mudahan merupakan gambaran demokrasi di Indonesia menunjukan tingkat yang lebih baik. Fakta bahwa ada banyak latar belakang dan semangat yang berbeda, tentu saja ini dikembalikan kepada nurani masing-masing, juga kepada kedewasaan dari rakyat yang akan menjadikan mereka sebagai pilihan.
Kita semua tahu, tidak mudah untuk terjun ke kancah politik, semua ada ‘ongkos’nya,. Ongkos itu bisa berupa material maupun immaterial seperti basis dukungan yang jelas, mesin organisasi partai politik yang tersinergi dengan baik. Karena itu, tentu saja diperlukan sikap mental yang sudah teruji untuk bisa terjun ke dalamnya.
“Rule of politica’ atau aturan main politik, tidak akan sama seperti hitungan matematika, yang bisa terbaca jelas apa hasilnya. Istilah terkenal yang disebut “tidak ada lawan ataupun kawan yang abadi dalam politik, tapi yang ada adalah kepentingan abadi” .....dalam kenyataannya akan dianggap sebagai sebuah dinamika politik bagi para politisi ulung.
Tetapi kenyataan tersebut bisa menjadi sebuah kekecewaan, bahkan ‘bom mental yang dahsyat’ bagi mereka yang tidak siap. Karena itu, ketika kesiapan yang ada hanyalah coba-coba, atau melihat indahnya dunia politik seperti fatamorgana, terlihat indah di kejauhan.....maka kekecewaan karena ketidaksesuaian menjadi sebuah kekhawatiran tentu saja.
Hal tersebut di atas masih dalam tataran ‘dampak’ terhadap pribadi politisinya, belum lagi jika bicara kualitas keterwakilan rakyatnya. Amanah yang diberikan adalah sebuah tanggung jawab yang akan dituntut di kemudian hari. Ketika amanah itu dilaksanakan sembarangan, maka kekecewaan ekternal dari rakyat, akan menjadi bumerang.
Tapi bukan berarti ada pembatasan terhadap siapa yang berhak terjun ke dunia politik. Sesuai Undang-undang yang berlaku, setiap warga negara yang memenuhi ketentuan, berhak untuk terjun ke dunia politik. Karenanya 'niat awal' sebenarnya menjadi tidak masalah jika seseorang cepat belajar dan amanah.
Cepat belajar menjadi keniscayaan, tapi tentu saja belajar politik yang positif, belajar memahami apa tanggungjawab, khususnya kepada rakyat yang diwakili. Amanah tentu saja menjadi tuntutan yang paling utama. Karena ketika seseorang, berdiri sebagai pemimpin atau orang yang mewakili makmum/rakyat dibelakangnya, maka kepentingan pribadi harus menjadi lebur beserta kepentingan rakyat. Rakyat yang riil, bukan hanya segolongan rakyat dalam kelompoknya. Parameter ukurnya adalah norma, bukan hanya aturan golongan…..
Ini tidak mudah….
Tapi …Selamat berjuang Teman….
Semoga hati nurani-mu akan selalu mengingatkan…
Masih ada surga abadi yang menantimu…..
Sehingga kau akan selalu Amanah dalam setiap langkah dan ucapanmu……
(……Wakil rakyat, seharusnya merakyat…
Jangan tidur saat ngomong soal rakyat…..dst…dst ..by Iwan Fals…)
Banjarmasin, Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar