Kerinduanku padamu tumpah ruah malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Dan malam ini menjadi begitu mendalam. Hanya bisa kutentramkan dengan memanjatkan doa pada Sang Maha, karena aku tahu, hanya dengan cara inilah aku bisa sedikit lebih tenang. Dan entah mengapa, begitu besar energi untuk menuliskan betapa aku sangat kehilangan dan merindukanmu.
Kehilanganku akan kehadiranmu terasa amat sangat, disaat aku tahu hanya engkaulah yang memiliki kasih sayang tulus itu, untukku tentu saja...
Dan rasa kehilangan itu semakin menyakitkan, ketika aku tahu, saat ini aku tidak bisa memberikan apa yang seharusnya engkau dapatkan. Jarak telah memisahkan kita, waktu telah memutuskan kita. Allah tentukan takdirNya.
Aku selalu harus meyakinkan diriku, yang terbaiklah yang telah Allah pilihkan untuk kehidupanku, termasuk diantaranya ketika aku harus rela kehilanganmu. Orang bijak katakan, rasa kehilangan itu ada jika kita merasa memiliki sesuatu. Padahal kita tidak pernah memiliki sepenuhnya apa yang ada didunia ini, termasuk memilikimu dan kasih sayangmu. Aku selalu mencoba berserah dengan semuanya, karena memang hanya itu yang aku bisa.
Dalam kerinduan yang amat sangat, memori itu terputar kembali. Saat dimana engkaulah manusia tersabar yang aku kenal. Engkaulah yang telah menggenapi hidupku dengan kasih sayang dan ketulusan tanpa banyak pamrih yang kau ucapkan.
Kau tidak punya punya banyak kata untuk diungkapkan, untuk menunjukkan kasih sayangmu. Tapi kau tunjukkan semua dengan ketulusan dan kasih sayangmu. Kau selalu ada ketika aku resah, dan kau pun ikut tertawa saat aku bahagia. Begitu sederhananya apa yang kau berikan, tetapi begitu berartinya yang telah kau tanamkan di dalam kehidupanku.
Ketika Allah memberikan ujian ’kesakitan’ itu, dalam diam mu aku tahu kau menyimpan segudang duka, karena merasa tugasmu belum selesai..
Ketika kau melepasku untuk membuka mahligai baru dalam hidupku, dalam kesakitanmu kau tersenyum lega, seakan terlepas sedikit bebanmu untuk menjagaku sebagai amanahmu. Kau titipkan aku pada orang yang terbaik yang kau percaya...sampai akhirnya kau hembuskan nafas terakhirmu, kembali ke haribaanNya.
Aku pernah begitu kecewa pada Yang Kuasa, karena begitu teganya memanggilmu, disaat hanya hitungan hari aku bisa mempersembahkan ”Sang Toga” untukmu.
Betapa teganya Sang Kuasa, merampas momentum penting itu dariku.
Tetapi ternyata, dalam detik terakhirmu, kau tidak pernah ingin membuatku tambah sedih dan dilema, karena jelas kau tidak akan pernah bisa untuk menyaksikan langsung”Lagu Agung Sang Sarjana” itu didendangkan di Aula Kebanggaan itu.
Kau memilih pergi mendahului semuanya, hanya 8 hari sebelum semua momen kebanggan itu tiba. Tapi kau telah sunggingkan senyuman kebanggaan itu, saat kubisikan, aku telah tunaikan apa yang menjadi harapannya, dan aku pun hanya bisa memelukmu untuk yang terakhir kalinya.
Betapa aku hanya bisa terdiam, mencoba memahami apa yang terjadi, dalam kedukaan yang amat sangat. Kau tidak ingin membebani dan tidak ingin membuatku selalu ada dalam kebimbangan. Saat aku harus mengikuti legenda hidupku yang telah kau restui, kau tidak ingin aku begitu berat harus meninggalkanmu, maka kau memilih pergi mendahului semuanya....
Ya Allah, di Arsy sana, perjanjian kehidupan untuknya telah diukir sebelumnya.
Dan satu kata yang menjadi simbolnya adalah ’kasih sayang dan kesabaran...itu yang diberikannya untukku
Dan Ya Allah....sungguh.... ijinkan aku merasa kehilangannya, yang berarti ijinkan aku merasa memilikinya... sepanjang masa...sepanjang usiaku.
Ijinkan aku menumpahkan kerinduan terhadapnya dengan doa
Dan ijinkan butiran airmata ini mengalir, untuk melepaskan kerinduan yang amat sangat
Karena jika saja Kau ijinkan sekali saja...
Aku ingin menumpahkan tangisku dipelukannya...
Ketika hanya pusara yang ditinggalkan
Maka ijinkan aku untuk bisa selalu datang dan berdoa di atas pusara-nya
Aku selalu mencintaimu dan mengenangmu dalam setiap untaian doaku
Bapak....semoga kau ditempatkan di haribaanNya bersama orang-orang yang dicintaiNya
Amin
test....
BalasHapus